Indonesia Pusat Industri Halal
Bisa Terwujud asal Infrastruktur Siap
JAKARTA, Jawa Pos – Potensi industri halal di Indonesia sangat besar. Sayang, sampai sekarang masih hanya menjadi pasar produk halal. Komite Nasional Ekonomi Keuangan Syariah (KNEKS) pun berusaha keras menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi barang dan jasa halal.
Kritik tersebut diutarakan Head of Tokopedia Salam Garri Juanda kemarin (30/9). Menurut dia, Indonesia butuh ekosistem ekonomi syariah yang terintegrasi. Mulai riset, kawasan industri sebagai tempat produksi, hingga sertifikasi produk. Selanjutnya adalah perbankan syariah yang menjadi sumber dana. Juga, upaya terus-menerus untuk menguatkan branding kepada masyarakat.
Pada era digital seperti sekarang, bukan tidak mungkin Indonesia mengoneksikan semua komponen itu menjadi ekosistem ekonomi yang kuat. ’’Namun, apakah Indonesia sudah siap menghadapi era digital?’’ ujar Garri dalam diskusi virtual ekonomi dan keuangan syariah.
Menurut dia, akses masyarakat ke e-commerce maupun lokapasar masih rendah. Di perkotaan memang tinggi, tapi itu hanya sebagian kecil. Sebab, akses ekonomi digital di Indonesia belum merata.
Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat berkomitmen untuk mempercepat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Untuk menopang industri halal, pemerintah membutuhkan lembaga keuangan syariah yang kuat. Selain itu, perlu memunculkan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) yang berorientasi ekspor.
Karena itu, infrastruktur yang mumpuni adalah keharusan. Misalnya, membangun kawasan industri dan laboratorium riset halal untuk menghasilkan produk-produk inovatif dan berkualitas. Dengan sendirinya, ekosistem itu akan menciptakan halal value chain.
Berdasar data Global Islamic Index, potensi halal food dan fashion muslim Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Dua kategori itu lantas diikuti wisata halal dan kosmetik atau obatobatan halal. ’’Kita tidak mau hanya menjadi konsumen. Tapi, kita harus menjadi produsen dari produk halal dunia,’’ tegas Sutan.
Kendati demikian, Direktur Keuangan dan Operasional BNI Syariah Wahyu Avianto menuturkan bahwa kinerja fashion muslim dan wisata halal sedang turun. Pasalnya, persebaran virus SARS-CoV-2 memukul telak industri wisata dan ritel. Penjualan fashion muslim pun anjlok lantaran masyarakat memilih berdiam di rumah.
’’Praktis, kebutuhan masyarakat untuk membeli pakaian berkurang. Ditambah, banyak gerai pakaian yang tutup,’’ terang Wahyu.
Sektor wisata halal yang paling cepat terdampak adalah travel haji dan umrah. Tahun ini, keberangkatan haji dan umrah terhenti karena larangan pemerintah Arab Saudi. Di sisi lain, perhotelan syariah mulai bangkit dengan menciptakan peluang baru. Yakni, menyewakan kamarkamar untuk isolasi mandiri.
Inisiatif itu pun mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf ). Menparekraf Wishnutama Kusubandio bersinergi dengan Kementerian Kesehatan untuk menjadikan hotel-hotel sebagai lokasi isolasi mandiri pasien tanpa gejala (OTG). Bahkan, anggaran yang disiapkan mencapai Rp 100 miliar hingga Desember 2020.