Jawa Pos

Siap-Siap Pengeluara­n Membengkak

-

BATU, Jawa Pos – Sudah satu bulan Persipura Jayapura berada di Kota Batu. Mereka berlatih untuk persiapan lanjutan Liga 1 musim 2020. Selama satu bulan, pengeluara­n Persipura tidak sedikit.

Mereka harus menyewa lapangan. Mereka juga harus menyewa hotel untuk pemain, pelatih, dan ofisial tim. Nah, pengeluara­n akan lebih besar karena kickoff lanjutan kompetisi ditunda lantaran tidak ada izin dari kepolisian. ’’Bayangkan pembengkak­an finansial yang akan jadi beban klub satu bulan ke depan. Apakah ada solusi untuk itu? Kan belum tentu juga,’’ kata Bento Madubun, asisten manajer Persipura.

Karena itu, pihaknya sudah berkirim surat ke PT Liga Indonesia Baru (LIB). ’’Kami harap ada kepastian. Apakah setelah satu bulan kompetisi lanjut atau tidak. Jadi, kami bisa ambil langkah,’’ tambahnya.

Beruntung, selama di Batu, biaya hotel disubsidi LIB. Mereka menyewa total 30 kamar. ’’Tapi, hanya 28 kamar yang kami pakai. Dua kamar dikosongka­n, untuk antisipasi kalau terjadi apa-apa,’’ tambah Bento.

Namun, Bento menyebut kerugian bukan hanya soal finansial. Penundaan kompetisi jelas berpengaru­h ke mental pemain. ’’Bayangkan saja, kami sudah satu bulan di sini (Batu). Kemudian dalam posisi siap main. Lalu mendengar kabar seperti ini,’’ katanya.

Kerugian serupa dialami Borneo FC. Mereka bahkan sudah bersiap ke Jogjakarta dan Madura. Borneo FC memang berkandang di Maguwoharj­o, Sleman. Kemudian, mereka akan menghadapi Madura United di Stadion Gelora Madura Ratu Pamelingan, Pamekasan (2/10). ’’Kami sudah menyiapkan semuanya di Jogja. Kami juga sudah beli tiket penerbanga­n untuk 46 orang,’’ ungkap Farid, manajer Borneo

FC. Bahkan, timnya juga sudah melakukan persiapan jelang laga melawan Madura United. ’’Kami sudah DP untuk hotel di Madura. Semua harus terbuang sia-sia,’’ tambahnya.

Bukan hanya tim luar Jawa yang mengeluh. Persela Lamongan yang notabene berkandang di Surajaya juga ikut bingung. Sebab, penundaan Liga 1 2020 dipastikan berimbas pada keuangan klub. ’’Semua tim pasti merasakan (dampaknya). Terutama dari kebutuhan operasiona­l. Ini akan menambah beban operasiona­l yang ada,’’ ucap Manajer Persela Edy Yunan Achmadi.

Pertama, gaji pemain akan terus berjalan. Sebelumnya, klub hanya membayar gaji pemain sebesar 25 persen. Nah, setelah renegosias­i kontrak, klub kini harus membayar gaji sebesar 50 persen. Otomatis pengeluara­n klub lebih besar. Sementara kompetisi tetap mandek. Artinya, pemasukan klub juga ikut berhenti. ’’Faktor finansial pasti akan membengkak,’’ jelasnya.

Faktor-faktor itulah yang dikhawatir­kan Yunan. Karena itu, dia berharap ada solusi dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) maupun PSSI. Sebab, harus ada tindakan untuk menyeimban­gkan keuangan klub. ’’Mudahmudah­an dari penundaaan ini ada win-win solution yang terbaik antara klub dengan pemain dan pelatih. Termasuk antara klub dengan LIB maupun PSSI,’’ tambah Yunan.

Yunan tidak ingin penundaan kompetisi merugikan salah satu pihak. Entah itu pemain, pelatih, ataupun klub. Sampai saat ini, dia belum tahu langkah apa yang akan diambil. Termasuk soal apakah klub akan meminta kompensasi kepada LIB karena sudah kadung melakukan persiapan. ’’Nanti kami koordinasi­kan dulu dengan semua klub. Tentunya dengan LIB dan PSSI,’’ pungkas Yunan.

 ?? INSTAGRAM ?? TERUS MENUNGGU: Para pemain Persipura harus bersabar lagi untuk berlaga di lanjutan Liga 1 musim 2020.
INSTAGRAM TERUS MENUNGGU: Para pemain Persipura harus bersabar lagi untuk berlaga di lanjutan Liga 1 musim 2020.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia