Berhati-hati Menapaki Resesi
JAKARTA, Jawa Pos – Gejala resesi sudah menjangkiti Indonesia. Perekonomian yang terus tertekan membuat pemerintah tidak mampu menghindari resesi. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu, sekarang Indonesia sudah memasuki fase resesi.
”Ya tahun ini sudah resesi,” ujar Febrio dalam jumpa pers virtual kemarin (1/10). Dia menambahkan bahwa Indonesia dalam kondisi resesi sejak awal kuartal I tahun ini. Sebab, pada periode tersebut, pertumbuhan ekonomi sudah melambat. Tercatat, pertumbuhannya kala itu hanya sekitar 2,97 persen. Capaian tersebut jauh dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi RI yang biasanya berada pada kisaran 5 persen.
Penurunan itu terus berlanjut pada kuartal II 2020 yang realisasinya minus 5,32 persen. Rapor merah tersebut membuat Febrio berkesimpulan bahwa Indonesia sudah masuk resesi sekarang. Kendati Badan Pusat Statistik (BPS) belum merilis pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini, Febrio tetap yakin pada analisisnya. Sebab, sejatinya resesi adalah perlambatan aktivitas ekonomi secara berkepanjangan. Kementerian Keuangan juga sudah mengeluarkan proyeksi angka pertumbuhan ekonomi kuartal III pada kisaran minus 2,9 persen sampai minus 1 persen.
”Tadinya kami lihat pada kuartal I sudah turun, tapi kami belum bisa katakan resesi karena belum tahu berapa lama (perlambatannya, Red),’’ terangnya. Namun, seiring berjalannya waktu, pertumbuhan kuartal II juga melemah. Kondisi itu berlanjut sampai pada kuartal III. Karena perlambatan sejak kuartal I itu berkelanjutan, tahun ini Indonesia sudah masuk resesi.
Namun, Febrio menyebut kondisi resesi yang dialami Indonesia tidak separah negara-negara lain di dunia. Dia mencontohkan India yang pertumbuhan ekonominya sampai minus 24 persen. Juga, beberapa negara lain yang mayoritas ekonominya terkontraksi sampai kisaran minus 15 persen. ”Kami mengatakan bahwa ini adalah masalah yang sangat berat. Tetapi, kami juga melakukan targeting dan tetap berhati-hati,” tandasnya.