Rakor dengan Ahli Epidemiologi, Hiperhu Minta Dilibatkan
SURABAYA, Jawa Pos – Pemkot Surabaya terus mengkaji kemungkinan pembukaan sejumlah tempat bisnis. Termasuk rekreasi hiburan umum (RHU), khususnya tempat karoke. Kemungkinan itu muncul menyusul sikap pelaku usaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Rekreasi dan Hiburan Umum (Hiperhu) Kota Surabaya yang terus mendesak pemkot untuk membuka kembali rumah karoke.
Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, pihaknya membutuhkan waktu untuk memutuskan. Apakah bisa kembali beroperasi dalam waktu dekat atau tidak
”Masih kita rakorkan dengan berbagai stakeholder. Dalam proses,” kata Irvan Widyanto kemarin (1/10).
Gugus tugas melakukan rapat koordinasi dengan berbagai ahli kesehatan dan ahli epidemiologi. Di antaranya, dari Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur. ”Tentu kami butuh pandangan dari para ahli. Ini semua tentu harus berdasarkan kajian-kajian yang matang. Karena yang bisa jawab adalah para ahli,” imbuh Irvan.
Pihaknya bisa memahami kondisi pelaku usaha. Khususnya Hiperhu Kota Surabaya. Sebab sejak pandemi terjadi Maret lalu, praktis semua tempat hiburan tutup hingga sekarang. Kondisi itu berdampak pada kondisi perekonomian pelaku usaha dan pekerja di dalamnya. Namun, pihaknya meminta para pelaku usaha bisa bersabar dengan kondisi akibat pandemi Covid-19.
Ketua Hiperhu Surabaya George Handiwiyanto mengatakan, seharusnya gugus tugas tidak hanya melibatkan ahli kesehatan. Pihaknya juga menuntut untuk dilibatkan dalam rakor tersebut. ”Ada baiknya koordinasi juga dengan pelaku usaha. Karena kami yang terdampak,” ujar George Handiwiyanto.
Dia mengatakan, Hiperhu menaungi belasan ribu orang di Kota Surabaya. Selain pemilik usaha, juga ada para pekerja dan karyawan yang terlibat di dalamnya. ”Mereka sudah tidak bekerja berbulan-bulan lho,” ucapnya.
Atas situasi tersebut, dia mengaku kondisi perekonomian anggota Hiperhu terpuruk. Mereka membutuhkan biaya untuk menghidupi keluarganya. ”Jika begini terus, bukannya mati oleh Covid-19, tapi mati karena tidak makan,” tegasnya. Jika tempat karoke maupun diskotek terlalu lama tutup, perekonomian pelaku usaha makin terpuruk.
Dia menyatakan, saat ini bukan hanya persoalan Covid-19 yang dihadapi masyarakat. Namun, kondisi pandemi sudah merembet menjadi persoalan ekonomi. Meski RHU sudah lama ditutup dan tidak beroperasi, tetap saja tingkat penularan virus korona masih tinggi. ”Ini bukti bahwa RHU bukan tempat persebaran virus,” imbuhnya.
George mengklaim berbagai tempat wisata seperti rumah karoke, diskotek, maupun bar berupaya menaati protokol kesehatan dengan ketat. Misalnya, aktif melakukan tracing dan testing dengan cara tes swab kepada seluruh karyawan yang bekerja di lingkungan RHU. Tujuannya memastikan bahwa semua karyawan yang terlibat steril dari kemungkinan terjangkit Covid-19.
Pengelola, lanjut dia, juga aktif menyemprotkan disinfektan di ruang karoke secara berkala setiap kali ada pergantian tamu. Selain itu, mengganti kain pelindung mikrofon setiap ada pergantian tamu. Tempat hiburan, kata dia, juga menyiapkan alat-alat sterilisasi dengan sinar UV yang berfungsi merusak virus dan bakteri di ruangan.