Maksimalkan Aplikasi dan Digitalisasi Data
SURABAYA, Jawa Pos − Prosedur kesehatan terus diperbaiki untuk meminimalkan interaksi di tengah pandemi. Salah satunya memaksimalkan penggunaan aplikasi sebagai penyalur informasi. Biasanya, pasien yang memeriksakan diri ke laboratorium radiologi harus kembali ke RS untuk mengambil hasil. ”Nah, kalau lewat aplikasi, kan orang tidak usah bolak-balik. Kalau memang isolasi mandiri, juga lebih aman,” jelas dr Paulus Raharjo SpRad (K) MSK, konsultan dokter spesialis radiologi.
Paulus mengatakan, hasil rontgen, MRI, dan CT scan semestinya bisa diproses pada aplikasi dalam dua jam. Hal itu juga lebih efisien mengingat petugas laboratorium tak harus mencetak hasil. ”Jadi, tidak ada lagi cetakan film besar-besar. Dan ditambah kertas-kertas lampiran interpretasi hasil,” jelasnya saat ditemui pada peluncuran aplikasi Radiology Easy Access Technology
(REAcT) di National Hospital. Imbasnya, limbah film dan kertas pembungkus bisa terus dikurangi. Paulus mengakui, rumah sakit masih punya tantangan digitalisasi informasi. Ruang penyimpanan data makin lama makin penuh dengan tumpukan kertas. ”RS harus menyimpan data sekian tahun ke belakang. Padahal, di luar negeri, semua isi form bentuknya lewat iPad saja,” ucapnya.
”Masalah yang juga sering ditemui adalah pasien tidak mendokumentasikan dengan baik,” imbuhnya. Padahal, hasil pemeriksaan radiologi digunakan untuk perbandingan dari waktu ke waktu. Jika semua hasil tersimpan dalam satu wadah, dokter lebih mudah membuat diagnosis. Komunikasi antardokter yang menangani pasien juga lebih mudah. Hasil bisa dibagi dari ponsel ke ponsel. ”Radiolog enggak perlu nyari X-ray film viewer dulu buat foto hasil dan kirim ke dokter lain,” sambungnya.
Isu pengurangan limbah film sebenarnya mulai dilirik beberapa tahun terakhir. ”Dulu pakai CD. Nah, sekarang laptop dokternya makin mini, enggak ada wadah CD-nya,” ucap Paulus, kemudian terkekeh. Hasilnya juga memudahkan pasien saat pindah fasilitas kesehatan, bahkan pindah kota. Kondisi khusus atau bawaan pada tubuh pasien, misalnya, tak perlu berkali-kali dicek setiap akan menjalani tindakan.