Parade Beralas Tanah dan di Bawah Pepohonan
SIDOARJO, Jawa Pos – Desainer, make-up artis (MUA), dan persewaan baju di tengah pandemi ini sangat terdampak. Yang biasanya menggelar pesta meriah, kini dibatasi. Namun, aksi para model, perias, dan desainer Kota Delta tak ada matinya. Kemarin mereka menggelar parade pengantin Nusantara di Kampung Lali Gadget (KLG) Wonoayu.
Karena di masa pandemi, parade mereka batasi. Hanya ada sepuluh model. Tapi, semua model menampilkan baju adat pengantin yang berbeda-beda. Ada dari Jambi, Solo putri, Sunda putri, Bali, Madura lilin, Aceh, Mandailing, atau dari Palembang.
Mereka ingin mengenalkan ragam baju adat pengantin Nusantara. Meskipun berbeda, ada satu kesamaan. Yakni, ada bunga melati sebagai simbol pakaian adat pernikahan.
”Biar tetap menginspirasi di masa pandemi,” kata desainer Sidoarjo Muhammad Ridwan Sonny Putera Radji.
Semua perias yang terlibat pun berasal dari Sidoarjo. Sonny dan rekan-rekannya ingin mencoba pengalaman baru, yakni parade bukan di panggung megah atau hotel tapi, langsung beralas tanah dan di bawah pepohonan.
”Sekaligus ingin mengenalkan kalau Sidoarjo itu punya kampung unik yang bisa mengakomodasi semua kegiatan, jadi tempat belajar apa pun,” terang Sonny.
Parade di luar ruang juga meminimalisasi kerumunan. Ini karena udara bebas dan tempatnya luas.
”Pengalaman baru, meskipun buat jalan agak sulit,” kata salah satu model pemakai baju adat Madura Fara Nur Faiza Agustin.
Namun, dara 17 tahun itu merasa bangga bisa mengenalkan pakaian adat daerahnya. Dia berasal dari Bangkalan, Madura. ”Pakaiannya cenderung hijau, hitam, dan merah,” tandasnya.