Level Risiko Pilkada 2020 Fluktuatif
JAKARTA, Jawa Pos – Situasi pandemi di daerah-daerah yang menggelar pilkada masih dinamis. Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan bahwa jumlah daerah dengan risiko tinggi atau zona merah berkurang. Namun, di saat bersamaan zona hijau juga makin sedikit.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menjelaskan, empat pekan terakhir penurunan jumlah daerah risiko tinggi sudah lebih dari 30 persen.
”Dari 45 ke 29 kabupaten/ kota,” ujar dia. Sebaliknya, di daerah yang tidak menggelar pilkada, ada kenaikan jumlah daerah risiko tinggi dari 25 menjadi 33 kabupaten/kota.
Meski zona merah turun, zona hijau di daerah penyelenggara pilkada juga ikut berkurang dari 40 menjadi 23 daerah (lihat grafis).
Berdasar data tersebut, terang Doni, perubahan zonasi risiko persebaran Covid-19 tidak bergantung pada penyelenggaraan pilkada. Tapi pada ketaatan dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. ”Manakala aturan yang ada ditepati, ditaati, dan dipatuhi serta mereka yang melanggar diberi sanksi, kita yakin pelaksanaan pilkada bisa berjalan lebih baik lagi,” imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyebutkan, pelanggaran kampanye jauh lebih rendah daripada saat tahap pendaftaran beberapa waktu lalu.
”Tinggal konsistensi menjaga agar mesin ini tidak kendur. Gasnya harus kencang terus sampai ujung nanti,” tuturnya.
Lebih lanjut Tito menekankan agar tim sukses ataupun pendukung paslon kepala dan wakil kepala daerah mengubah paradigma kampanyenya. Misalnya dengan menyosialisasikan visi dan misi paslon dalam mengatasi Covid-19.