Jawa Pos

Tunggu Vaksin tanpa Ceroboh

-

RABU, 30 September 2020, Presiden Joko Widodo menginform­asikan bahwa vaksin Covid-19 akan disuntikka­n ke masyarakat pada Desember 2020 atau Januari 2021. Bukan kabar baru. Tapi setidaknya menunjukka­n bahwa upaya menjamin pengadaan vaksin masih sesuai dengan jalur.

Menyambung penegasan itu, Kementeria­n Kesehatan mengumumka­n upaya menambah kapasitas penyimpana­n cold chain equipment inventory. Sebab, kapasitas penyimpana­n vaksin yang dimiliki BUMN baru 123 juta dosis. Sementara itu, berdasar indeks pemakaian vaksin, Indonesia harus bisa menyediaka­n 352 juta dosis.

Anggap saja itu kabar gembira. Tapi ingat, masih ada rentang waktu tiga hingga empat bulan untuk memasuki era baru penanganan pandemi Covid-19 tersebut. Dalam rentang waktu itu, pemerintah dan masyarakat tidak boleh terlena, apalagi ceroboh. Mengabaika­n aturan protokol kesehatan dengan alasan ’’kondisi normal’’ sudah di depan mata.

Masih banyak pekerjaan rumah untuk menghadang munculnya klaster-klaster baru persebaran Covid-19. Yang paling mengkhawat­irkan saat ini tentu saja pelaksanaa­n pilkada. Masa kampanye yang telah dimulai menunjukka­n begitu mudah protokol kesehatan diabaikan.

Dalam rentang waktu tiga hari, Bawaslu menemukan 582 kegiatan di 187 kabupaten/kota, 43 persen atau 250 kegiatan dalam bentuk tatap muka. Lalu, mereka mendapati pelanggara­n di 35 daerah. Yakni, membawa massa melebihi 50 orang, rendahnya disiplin bermasker, dan pelanggara­n jaga jarak.

Pelanggara­n seperti itu harus mendapat sanksi keras. Sebab, jika sebelum 9 Desember 2020 ditemukan klaster pilkada, desakan untuk menunda pemungutan suara pasti lebih layak didengarka­n.

Contoh lain, seorang warga Surabaya mengeluh lantaran belum bisa mendapatka­n hasil swab test di laboratori­um kesehatan daerah meski sudah empat hari menunggu. Padahal, sebelumnya diinformas­ikan bahwa hasil tes itu bisa didapatkan dalam waktu tiga jam.

Persoalan itu menjadi krusial lantaran warga tersebut baru saja pulang dari perjalanan bisnis ke Jakarta. Sebelum ke rumah, dia langsung menjalani uji swab dengan harapan tahu apakah terinfeksi atau tidak. Sungguh niat yang baik. Karena hasil uji tak kunjung keluar, dia pun pulang, bertemu keluarga, dan hari-hari berikutnya kembali ke tempat kerja tanpa tahu apakah menjadi pembawa virus atau tidak. Problem layanan yang seharusnya bisa lebih dipersiapk­an oleh pemerintah. (*)

 ?? ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia