Pamerkan Batik Pamekasan Berusia 120 Tahun
SURABAYA, Jawa Pos – Cinta terhadap batik dapat diwujudkan dengan berbagai hal. Selain membiasakan diri untuk mengenakan warisan budaya yang sudah diakui secara internasional itu, pameran yang memajang karya-karya otentik menjadi cara untuk memperkenalkan kekayaan ragamnya. Misalnya, pameran Mahakarya Batik Pamekasan di Hotel Bumi kemarin (2/10)
J
Pameran tersebut diadakan tepat pada 2 Oktober yang selalu diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Hari perayaan nasional untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
Lembar-lembar kain batik tersusun rapi di atas rak kayu. Satu rak merupakan displai khusus untuk batik-batik kuno berusia puluhan tahun. Sementara itu, rak di sampingnya dipakai untuk memajang kain batik modern yang dibuat sampai 2020. Kreasi motif dan corak batik itu mengisi pameran karya batik Pamekasan dari masa ke masa.
Hadir dalam pameran tersebut, Bupati Pamekasan Baddrud Tamam. Dia mengatakan, ciri paling menonjol untuk menandai batik kuno dan batik modern adalah variasi warnanya. ’’Yang usianya sudah lama cenderung pakai warnawarna agak gelap seperti krem, cokelat, dan dongker. Kalau yang masih baru-baru, warnanya lebih cerah seperti biru dan merah muda,’’ ujarnya.
Dia lantas menunjukkan selembar kain batik penyu yang sudah berusia 120 tahun.
Itu merupakan kain batik pribadi alias miliknya sendiri. Diwariskan secara turuntemurun dari keluarganya yang merupakan pembatik dan pembuat jamu. Baddrud mereproduksi motif batik tersebut untuk dipakai sebagai kemeja yang dikenakannya kemarin.
’’Salah satu kesalahan terbesar saya adalah menjahit batik-batik lawas peninggalan Mbah Buyut. Padahal, itu aslinya disimpan saja sebagai warisan. Makanya, sekarang yang asli saya simpan. Kalau mau bikin ya direproduksi meskipun hasilnya tidak bisa sama persis,’’ paparnya.
Dia juga menunjukkan batik antariksa yang motifnya terlihat lebih detail dan njelimet. Batik berwarna biru dongker itu juga berusia 120 tahun dan tidak diperjualbelikan. Menurut dia, batik Pamekasan yang terkenal halus merupakan hasil karya tangan-tangan dingin nan kreatif para perajin. Proses melukis kain menjadi batik adalah sebuah peristiwa seni yang menakjubkan.
’’Kalau orang lihat batik itu bisa cinta, senang, imunnya juga bisa nambah. Buat menangkal virus di masa pandemi ini,’’ imbuhnya berkelakar.
Baddrud mengungkapkan, ada beberapa tantangan dalam industri batik ke depan. Antara lain, regenerasi pembatik muda hingga bagaimana membuat batik itu menjadi benda yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kaum milenial. ’’Bagaimana supaya yang mudamuda ini merasa bahwa batik itu aku banget,’’ ujarnya.
Kadisperindag Kabupaten Pamekasan Ahmad Sjaifudin menuturkan, batik Pamekasan juga dikenal dengan sebutan Seribu Warna karena saking banyaknya corak, motif, dan jenisnya. Motif per geper, sabet rante, tong centong, kon sokon hanyalah beberapa di antaranya. ’’Satu motif itu bisa punya banyak turunan. Seperti motif sekar jagat, itu variannya ada banyak sekali. Makanya, sulit kalau harus diidentifikasi satu per satu,’’ terangnya.
Desainer Surabaya Embran Nawawi yang juga berasal dari Pamekasan mengatakan, pameran tersebut merupakan cara untuk mengenalkan batik kepada kalangan yang lebih luas. Terutama generasi muda.
Dia menuturkan, yang bisa digunakan untuk membiasakan anak-anak mencintai batik adalah pendekatan warna. Cari batik dengan warna kesukaan mereka. ’’Itu membuat mereka merasa terwakili. Karena kalau langsung bicara filosofi motif batik, akan sulit dipahami,’’ tuturnya.
Embran menambahkan, setelah tertarik dengan warnanya, baru ke bentuk baju. Buat seperti gaun princess Disney yang ada dalam impian mereka. ’’Saat tumbuh remaja hingga dewasa, mereka akan lekat dengan batik,’’ jelasnya.