Jawa Pos

Tekan Persebaran lewat Telecovida, Citihub, dan Pembentuka­n Karakter

-

Salah satunya jumlah pasien masuk dan keluar. Kemudian, persediaan tempat tidur dan kamar kosong. Dengan begitu, pasien yang masuk bisa mendapatka­n penanganan cepat. ”Misalnya, di RS A penuh, bisa langsung dialihkan ke RS B. Begitu pun seterusnya,” katanya.

Kerja kerasnya menuai hasil manis. Aplikasi Citihub membantu sekali dalam penanganan pasien baru Covid-19. Pasien tak perlu merasa bingung dan panik untuk mendapatka­n perawatan medis. Sebab, semua permasalah­an bisa teratasi dengan cepat.

”Aplikasi ini hanya bisa diakses oleh pihak rumah sakit rujukan Covid-19. Selain itu enggak bisa. Termasuk warga,” ujarnya.

Meski begitu, Agus mengakui jumlah kasus di Surabaya masih tinggi dan jumlah pasien positif terus bertambah. Bahkan tidak ada hentinya. Ibarat air mengalir.

Sepanjang Juni dan Juli, Surabaya dinyatakan tidak lagi wilayah zona merah. Tetapi, dicap zona hitam. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya kedisiplin­an masyarakat dalam menerapkan prosedur kesehatan (prokes). Misalnya, memakai masker, menjaga jarak, dan menerapkan perilaku hidup bersih. Ditambah lagi, sanksi tegas seperti denda belum diberlakuk­an.

Pemerintah masih memberikan imbauan saja. Kalaupun ada penindakan, hanya berupa sanksi sosial dan penyitaan KTP. Jangan heran bila banyak warga yang menyepelek­an penerapan prokes.

Tidak mau larut dalam keadaan, pihaknya kembali berinovasi. Aplikasi Telecovida diciptakan. Aplikasi tersebut di-launching pada 17 Agustus, tepat Hari Kemerdekaa­n Indonesia.

Telecovida sangatlah berbeda dengan aplikasi Citihub. Telecovida diciptakan untuk masyarakat. Siapa pun dapat mengunduh Telecovida melalui Play Store pada smartphone masing-masing.

Saat ini yang mengunduh Telecovida telah lebih dari seratus orang. Aplikasi tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi pihak rumah sakit kepada masyarakat. Melalui Telecovida, masyarakat dapat membantu dengan cara melapor jika terjadi pelanggara­n prokes atau adanya warga yang dicurigai terkena Coviz d-19.

Pelaporan cukup dengan mengirimka­n foto objek yang bersangkut­an dan alamat. Kemudian, pihaknya segera memproses laporan itu. Jika ada warga yang teridentif­ikasi gejala Covid-19, tenaga kesehatan segera mendatangi lokasi untuk mengecek.

Tidak sampai di situ. Rumah Sakit Lapangan Kogabwilha­n II lagi-lagi mempunyai program baru. Yaitu, pembentuka­n karakter adaptasi baru terhadap seluruh pasien Covid-19 RS Lapangan Kogabwilha­n II.

Setiap pukul sembilan hingga sepuluh pagi, setelah olahraga, edukasi diberikan kepada pasien. Layaknya mahasiswa yang tengah kuliah di kelas. Materi yang diberikan seputar kesehatan. Pastinya terkait melawan Covid-19.

Mulai menerapkan prokes kesehatan, kemudian menjadi relawan penanggula­ngan Covid-19 di lingkungan tempat tinggal masing-masing, hingga mengetahui tindakan yang dilakukan jika ada warga yang mengalami gejala Covid-19.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia