Jawa Pos

Penduduk Gaza Alami Krisis Pangan

Dampak UNRWA Kekurangan Suntikan Dana

-

GAZA, Jawa Pos – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang luar biasa bagi seluruh negara di dunia. Namun, dampak terbesar dialami negara yang lebih dulu mengalami krisis seperti Palestina. United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) melaporkan bahwa penduduk Jalur Gaza sudah kesulitan untuk mencari sesuap nasi.

Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mendapati laporan dari pekerja yang menangani Palestina sangat mengerikan. Warga Palestina yang terjebak di Tepi Barat dan Jalur Gaza maupun yang mengungsi di Lebanon, Syria, dan Jordania kesulitan untuk bertahan hidup. Mereka mengalami krisis kebutuhan pangan.

”Di Gaza warga sampai merogoh tempat sampah untuk mencari makanan. Makin banyak (warga Palestina, Red) yang sulit menyediaka­n makanan bagi keluarga mereka,” ungkapnya dalam wawancara dengan The Guardian.

Pria yang baru ditunjuk sebagai komisioner di lembaga penyalur bantuan PBB untuk Palestina tersebut mengaku frustrasi melihat situasi yang terjadi. Semua itu bermula saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghentik­an aliran dana bantuan ke lembaga tersebut pada 2018. Padahal, dari anggaran UNRWA senilai USD 1,1 miliar (Rp 16 triliun) per tahun, AS adalah pendonor terbesar yang menanggung sepertiga dari anggaran itu.

Sejak itu PBB berkali-kali menyampaik­an bahwa UNRWA mengalami defisit besar. Tahun lalu UNRWA bahkan terdampak skandal nepotisme. Pierre Krähenbühl, komisioner UNRWA tahun lalu, dituding melakukan berbagai penyelewen­gan, termasuk mempekerja­kan kekasihnya sebagai penasihat organisasi.

”Di tengah ketidakpas­tian, kita perlu lembaga yang konsisten. Kita perlu UNRWA dengan pendanaan yang tetap,” ujar aktivis kemanusiaa­n yang sudah tiga dekade berkarya itu.

Pria asal Swiss tersebut mengatakan bahwa virus korona yang menyebar di titik pengungsia­n Timur Tengah jelas menambah beban organisasi. Mereka menangani 5,6 juta penduduk Palestina di berbagai kamp penampunga­n itu. Sedangkan operasi kemanusiaa­n mereka terhalangi rencana pendudukan Tepi Barat dan konflik senjata di Gaza.

Lazzarini pun tak bisa bebas mencari pendonor. Dia hanya bisa berkampany­e melalui video call. Dengan begitu, dia berharap bisa menutupi defisit yang diperkirak­an mencapai USD 130 miliar (Rp 1,9 triliun) per tahun.

Organisasi yang menampung 30 ribu karyawan itu berpotensi kehabisan dana dalam empat atau lima minggu ke depan. Lazzarini mengatakan, saat UNRWA berusaha kembali menjalin hubungan dengan Washington, dampak kehilangan USD 300 juta (Rp 4,4 triliun) dari AS diakui memang besar. Namun, dia menyebut langkah AS itu juga menjadi anugerah di balik musibah.

”Nyatanya, penggalang­an dana pada 2018 merupakan yang tersukses selama lima tahun terakhir. Mundurnya AS justru memicu solidarita­s negara lain,” ungkapnya.

Sementara itu, kabar positif datang dari Gaza. Media melaporkan bahwa Israel dan kelompok Hamas, penguasa Gaza, telah menyepakat­i gencatan senjata selama enam bulan. Kesepakata­n tersebut dicapai dengan syarat Qatar bisa mentransfe­r USD 100 (Rp 1,4 triliun) sebagai bantuan kemanusiaa­n ke Hamas.

 ?? MOHAMMED ABED/AFP ?? BUTUH BANTUAN: Seorang gadis Palestina menengok dari salah satu bagian rumah yang hancur di Kota Gaza (8/10). Warga Palestina di Gaza dan di sejumlah pengungsia­n saat ini mengalami krisis pangan.
MOHAMMED ABED/AFP BUTUH BANTUAN: Seorang gadis Palestina menengok dari salah satu bagian rumah yang hancur di Kota Gaza (8/10). Warga Palestina di Gaza dan di sejumlah pengungsia­n saat ini mengalami krisis pangan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia