MENGUJI MESSI DI 12 RIBU KAKI
LA PAZ, Jawa Pos – Menghadapi tuan rumah Bolivia berarti harus siap-siap bermain di ketinggian. Sebab, seperti belum lengkap melawan timnas berjuluk La Verde itu kalau tidak di Estadio Hernando Siles, La Paz. Stadion yang punya ketinggian 3.640 meter di atas permukaan laut (mdpl) atau hampir 12 ribu kaki.
Bintang Argentina Lionel Messi mengakui bahwa bermain di La Paz adalah tantangan berat. ’’Susah bermain di ketinggian. Setiap kali Anda berusaha bermain dengan kecepatan tinggi, Anda memerlukan waktu recovery. Beberapa dari kami ada yang sakit kepala atau pusing. Untung saya tidak,’’ ucap Messi tujuh tahun lalu.
Kala itu, Messi gagal membawa Argentina menaklukkan Bolivia di La Paz dalam matchday ke-12 kualifikasi Piala Dunia (PD) 2014 Zona Conmebol. La Verde meredam La Albiceleste dengan skor 1-1. Streak gol La Pulga atau Si Kutu dalam tiga laga kualifikasi sebelumnya pun terpatahkan.
Kembali ke La Paz dalam matchday kedua kualifikasi PD 2022 Zona Conmebol dini hari nanti (siaran langsung Mola
TV pukul 03.00 WIB), apa yang bisa dilakukan Messi? Kepada ESPN, entrenador Bolivia Cesar Farias sudah berkoar bisa mematikan Si Kutu. Kekuatan fisik para pemain Argentina diklaim Farias bakal dihabisi. ’’Di La Paz, kami akan ’memakan’ liver mereka,’’ sumbar pelatih yang dua tahun terakhir menangani La Verde itu.
Brasil adalah negara terakhir yang merasakan ”siksaan” La Paz atau pada 5 Oktober 2017. Saat itu, Neymar Jr dkk tertahan 0-0. Meski, tiga hari lalu (10/10), Brasil sukses menghabisi Bolivia lima gol tanpa balas dalam matchday pertama kualifikasi PD 2022. Sebulan sebelumnya, Cile yang datang dengan status juara Copa America 2016 juga menyerah 0-1.
Di masa lalu, Argentina juga banyak mencatat hasil negatif di La Paz. Termasuk ketika dihancurkan 1-6 dalam kualifikasi PD 2010 yang juga sudah ada Messi. Total, dalam tiga lawatan terakhir ke La Paz, La Albiceleste tidak pernah menang alias sekali seri dan dua kali kalah.
Meski begitu, Argentina beruntung saat ini ditangani Lionel Scaloni. Sebab, dia turut menjadi bagian skuad
Tim Tango yang meraih victory terakhir di La Paz. Tepatnya dalam kualifikasi PD 2006 pada 26 Maret 2005. Argentina menang tipis 2-1.
Hal itulah yang membuat Scaloni sudah menyiapkan antisipasi menghadapi laga di La Paz. Yakni, dengan menerapkan ”Metodo Alfaro”. Sebagaimana dilansir Infobae, itu adalah metode yang dapat mereduksi efek ketinggian dengan kekuatan stamina Messi dkk.
Alfaro merujuk pada Gustavo Alfaro, entrenador Boca Juniors. Tahun lalu, Alfaro memimpin Boca melawat ke markas klub Liga de Quito dalam perempat final Copa Libertadores. Quito dengan ketinggian 2.850 mdpl memiliki tekanan udara setipis La Paz.
Alfaro dalam metodenya kala itu memilih tiba di Quito 48 jam sebelum kickoff dan menempuh direct flight dari Buenos Aires. Hasilnya, Boca menang telak 3-0.
Solusi itulah yang ditempuh Scaloni. ’’Biasanya, kami singgah dulu di Santa Cruz (de la Sierra, salah satu kota besar di Bolivia, Red). Baru kemudian melanjutkan perjalanan ke La Paz. Sekarang, kami sudah di sini (La Paz) dua hari sebelum pertandingan,’’ beber Scaloni kepada Ole.