Okupansi Naik, Mundur Jadi Tempat Karantina
PHRI Jatim Data Lagi Hotel yang Siap sebagai Lokasi Isolasi OTG
SURABAYA, Jawa Pos – Kebutuhan tempat karantina masih tinggi. Khususnya untuk mereka yang berstatus orang tanpa gejala (OTG) atau kontak erat pasien Covid-19. Karena itu, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur bersiap diri ketika pemerintah meminta bantuan dalam penanganan kasus virus korona ini. Saat ini PHRI Jatim mendata ulang hotel-hotel yang bersedia menjadi tempat isolasi pasien.
Ketua PHRI Jawa Timur Dwi Cahyono mengatakan, saat ini PHRI belum bisa mengeluarkan data jumlah hotel yang siap dijadikan tempat karantina OTG. Sebelumnya, pihaknya sempat mendata dan meng
kesediaan hotel untuk dijadikan tempat karantina pada Mei. Namun, data tersebut masih terus di-update dengan mengikuti perkembangan situasi saat ini.
’’Jadi, data yang beredar 16 hotel itu belum fixed. Itu data lama pada saat awal pandemi Covid-19,’’ katanya.
Dwi mengaku, pada saat pendataan awal sekitar Mei-Juni, hotel-hotel di Jawa Timur mengalami penurunan okupansi. Bahkan, tingkat hunian kamar saat itu hanya 10 persen. Ketika itu, pemerintah meminta bantuan PHRI untuk menyediakan tempat karantina. Ada sejumlah hotel yang bersedia.
Namun, ketika masa liburan panjang, okupansi mulai meningkat hingga 30 persen. Sebagian hotel yang tadinya bersedia akhirnya mundur. Karena itu, PHRI terus melakukan evaluasi dan update dari pihak hotel. ’’Sampai sekarang kami masih harus meng-update lagi. Bisa jadi banyak pertimbangan
Sampai sekarang kami masih harus mengupdate lagi. Bisa jadi banyak pertimbangan hotel ketika okupansi mulai naik, mereka memutuskan untuk menerima tamu wisatawan dan tidak memungkinkan dijadikan tempat karantina OTG.”
DWI CAHYONO Ketua PHRI Jawa Timur
hotel ketika okupansi mulai naik, mereka memutuskan untuk menerima tamu wisatawan dan tidak memungkinkan dijadikan tempat karantina OTG,’’ ujarnya.
Untuk itu, hingga saat ini, lanjut dia, PHRI belum bisa mengeluarkan data jumlah hotel dan ketersediaan kamar yang bisa digunakan. ’’Kami harus tanya ke hotelnya masih bersedia atau tidak. Minggu ini akan kami update lagi untuk mendapatkan data yang fixed,’’ katanya.
Dwi menuturkan, berdasar evaluasi terakhir, ada sekitar lima hotel yang masih bersedia ketika dikonfirmasi. Namun, hal itu juga harus di-update dan dievaluasi. Sebab, tempat karantina OTG harus memiliki fasilitas-fasilitas telah ditentukan standarnya. ’’Kesiapan hotel juga harus dipastikan dengan ketentuan-ketentuannya. Sebab, persyaratan, pembayaran, dan lain-lain semua dari pusat,’’ jelasnya.
Dwi menambahkan, di DKI Jakarta dan Banten juga sudah ada beberapa hotel yang ditunjuk. ’’Jadi, kalau nanti sewaktu-waktu dibutuhkan, kami sudah siap. Sebelumnya, sejumlah hotel memang tertarik menampung tenaga kesehatan (nakes). Sementara, untuk OTG harus di-update lagi,” ujarnya.