Tidak Kunci Pintu agar Nyawa Ika Tertolong
Kasus Pembunuhan di Apartemen
SURABAYA, Jawa Pos – Ahmad Junaidi mengaku kasihan melihat Ika Puspita Sari lemas setelah dua kali dilukai di bagian leher. Karena itulah, terdakwa pembunuhan itu tidak mengunci pintu apartemen Ika ketika meninggalkan korban bersimbah darah. Dia berharap ada yang menolongnya.
”Rencana mau saya kunci dari luar. Tapi, saya lihat dia masih hidup. Jadi, tidak saya kunci. Siapa tahu dia dapat pertolongan,” ujar Junaidi saat memberikan keterangan dalam sidang di Pengadilan Negeri Surabaya kemarin (12/10).
Junaidi kemudian turun dari lantai 8 menuju lobi Apartemen Puncak Permai tersebut. Dia lalu meninggalkan apartemen mengendarai sepeda motor menuju mes tempatnya tinggal. Pria 20 tahun itu sempat membuang pisau dalam perjalanannya pulang.
Dia saat itu sebenarnya hanya ingin berhubungan seksual untuk menghilangkan penat karena kesibukan bekerja. Junaidi kemudian mencari teman kencan melalui aplikasi Mi-Chat. Pria asal Sampang, Madura, tersebut menemukan Ika yang mengaku bernama Vania. Ika mematok tarif Rp 800 ribu sekali kencan. ”Tapi, nanti bisa dirundingkan lagi di apartemen. Dia minta saya datang kalau memang berminat,” katanya.
Junaidi tiba di depan apartemen pada Rabu (22/4) pukul 21.00. Dia masih menunggu karena Ika ternyata tertidur. Hingga akhirnya, perempuan 36 tahun itu menjemput Junaidi di lobi apartemen 1,5 jam kemudian. Di dalam apartemen, mereka bernegosiasi harga. ”Perjanjian sepakat Rp 500 ribu untuk dua kali main,” ujarnya.
Namun, saat diajak untuk berhubungan seksual kali kedua, Ika menolak. Alasannya capek dan ingin istirahat. Junaidi mengaku tidak masalah. Dia memberikan Rp 250 ribu. Tapi, Ika menolaknya dan meminta Rp 500 ribu. ”Saya bilang kalau mau Rp 500 ribu ayo main sekali lagi,” ucapnya.
Ika marah dan memakinya. Keduanya terlibat cekcok. Ika mengatakan, kalau tidak punya uang, sebaiknya Junaidi tidak usah datang karena masih banyak pelanggan yang mengantre. Junaidi mulai emosional. ”Dia rebut handphone saya, lalu dibanting. Di situ emosi saya tambah naik,” katanya.
Junaidi menemukan pisau dapur tergeletak di meja. Dia menggorok leher kiri Ika. Setelah itu, dia ke kamar mandi membersihkan bercak darah di tangan. Masuk ke kamar mengambil baju dan barang-barangnya dan membiarkan Ika terduduk di tempat tidur dengan kondisi lemas.
Sebelum pergi, dia sempat sekali menggorok Ika karena emosinya belum sepenuhnya reda. Dua handphone teman kencannya itu diambilnya. Junaidi lalu pergi. ”HP dia saya bawa untuk menghilangkan jejak saja,” ungkapnya.