Kami Ingin Jadi Teman Kaum Milenial dalam Berkreasi
Nezar Patria dan Tantangan Membangunkan ’’Raksasa Tidur’’ PT Pos Indonesia Aktivis, jurnalis, penyair, dan kini direktur. Bagi Nezar Patria, PT Pos Indonesia punya segala persyaratan untuk bersaing di sektor pengiriman dan logistik.
NEZAR Patria sudah mengisyaratkannya tujuh tahun silam. Betapa dia menyukai tantangan.
Tulisnya dalam Endgame (2013), //dan setiap kali engkau tiba di ujung kisah ini //ia tak hendak tamat. layar terkibar lagi.
Maka, dari Tempo tempat dia mengawali karir sebagai jurnalis, pria kelahiran Sigli, Aceh, itu lalu beranjak menjadi managing editor sekaligus cofounder viva. co.id. Kemudian berlanjut di CNN Indonesia untuk menduduki kursi vice editor in chief online. Lalu menjabat digital chief editor di The Jakarta Post
Dan, per 1 Oktober lalu, lompatan karir membawa mantan aktivis mahasiswa itu ke tempat yang menghadirkan tantangan yang tak cuma berbeda, tapi juga besar: PT Pos Indonesia. Nezar menjadi direktur kelembagaan.
’’Kita tahu disrupsi dalam teknologi informasi bergerak sangat cepat. Saya ingin mendapat tantangan yang lebih luas dalam soal transformasi yang terjadi,’’ ujar alumnus Filsafat Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta, tersebut.
Di mata Nezar, PT Pos Indonesia tak ubahnya raksasa yang sedang tertidur. Berbekal 4.500 kantor pos, 58.000 titik point of services, dan 21.000 sumber daya manusia di seluruh Indonesia, BUMN tempatnya berlabuh itu punya kapabilitas bersaing di sektor pengiriman dan logistik.
’’Yang dibutuhkan kini ramuan strategi dan transformasi bisnis,’’ katanya.
Sekitar separo hidup pria yang 5 Oktober lalu berusia 50 tahun itu memang dihabiskan di jurnalistik. Tapi, sebenarnya tak mudah meringkusnya ke dalam satu kategori.
Dia aktivis, jurnalis, sekaligus penyair. Dalam daftar 100 penyair Indonesia modern yang sempat berusaha disusun sastrawan Ahmad Yulden Erwin belum lama ini, nama Nezar termasuk di dalamnya. Meski akhirnya antologi tersebut memicu polemik, setidaknya itu bentuk pengakuan terhadap kepenyairan pria yang semasa aktivis pernah diculik tersebut.
Karena itu, berada di ’’kotak’’ yang berbeda dibandingkan yang dia tempati selama lebih dari dua dekade ini tak pernah menjadi masalah bagi Nezar. Mantan anggota Dewan Pers itu terbiasa dituntut untuk beradaptasi.
Tulisnya lebih lanjut di Endgame, //dan panggung kembali menyala. //lalu kita terpacak, sendiri-sendiri.
Bicara soal adaptasi, Nezar menilai bahwa PT Pos Indonesia ikut terhantam perubahan zaman. Bisnis intinya, pengiriman surat, telah terkikis oleh kemudahan mengirim e-mail.
Tapi, menurut dia, rata-rata kantor pos di seluruh dunia memang terlambat dalam melakukan transformasi. Meski ada juga di antaranya yang sukses beradaptasi. Misalnya, Australia dan Thailand yang berhasil mentransformasikan kantor pos menjadi hub lokapasar (marketplace) untuk produk-produk pertanian.
Contoh positif lain datang dari Brasil. Negeri Samba itu mentransformasikan kantor posnya menjadi fasilitator perdagangan.
Di sana pos berperan sebagai penjamin ekspor-impor UKM dan UMKM. ’’Jadi, ada banyak cara sebetulnya bagaimana mentransformasi PT Pos ini,’’ tegasnya.
Nezar membeberkan bahwa dirinya, di bawah arahan Direktur Utama (Dirut) PT Pos Indonesia Faizal Rochmad yang juga baru ditunjuk, akan menekankan pada dua transformasi. Pertama logistik, kedua jasa keuangan.
’’Dengan pengalaman beliau di Telkom, Pak Dirut sudah mendapatkan satu gambaran persoalan umum yang terjadi di PT Pos saat ini. Dan, yang sudah dicapai selama ini akan lebih dipertajam ke arah logistik dan fintech,’’ bebernya.
Jawa Pos sudah berupaya menghubungi Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad melalui Corporate Secretary Pupung Purnama sejak Kamis lalu (8/10). Namun, hingga tulisan ini diturunkan, belum ada respons.
Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni menegaskan bahwa PT Pos Indonesia memang harus segera beradaptasi. Menangkap peluang dan memaksimalkan aset, baik SDM maupun sarana-prasarana. ’’Apalagi, Pos Indonesia memiliki banyak kompetisi di era canggihnya teknologi,’’ ujarnya.
Alex turut memahami bahwa disrupsi telah memukul bisnis utama PT Pos Indonesia sebagai perusahaan pengiriman surat. Namun, penyegaran jajaran direksi serta besarnya jumlah SDM yang dimiliki di dalam perusahaan membuat Kementerian BUMN yakin PT Pos Indonesia bisa mencari jalan terbaik untuk berkembang. ’’Hubungan manajemen, pegawai, dan serikat pekerja harus kuat agar bisa menjalankan perusahaan dengan baik,’’ tambahnya.
Satu hal yang tak kalah penting, menurut Nezar, adalah mendekatkan brand image PT Pos Indonesia ke kalangan milenial. Pihaknya sadar potensi bonus demografi pada 2030 kelak, ketika generasi usia 25–45 tahun akan mengisi porsi paling besar di populasi.
PT Pos Indonesia, tutur Nezar, sudah berancang-ancang membuat beberapa inovasi untuk segmen tersebut. Di antaranya, menguatkan kemitraan dengan marketplace dan e-commerce yang menjadi demand terbesar segmen milenial.
’’Kami ingin menjadi teman kaum milenial dalam menyokong aktivitas mereka melakukan usaha-usaha kreatif. Kami akan turut berperan mendukung dalam urusan logistik dan jasa pengiriman barang,’’ urainya.
Di samping itu, direksi akan mengupayakan kantor-kantor pos yang umumnya memiliki area luas agar bisa menjadi sentra berbagai aktivitas atau event yang bisa membuka wadah kewirausahaan kelompok milenial.
’’Sebagian besar (karyawan, Red) mengerti bahwa PT Pos harus berubah. Mudah-mudahan dengan kesatuan pandangan tentang gerak langkah ke depan kami bisa membuat PT Pos ini lebih baik,’’ katanya.
Sehingga siapa tahu kelak semua orang bisa berbagi cerita lewat kartu pos. Tempat di mana, seperti ditulis Nezar dalam Di Kartu Pos (2013), kau gambar sebuah halte //menggigil dibungkus salju. Biru.