Bahas Perjanjian Kawin, Undang Ibu yang Notaris
Sebagai advokat, Michael Hans tak bisa diam. Situasi pandemi membuatnya lebih produktif. Sharing dan edukasi masalah hukum dia lakukan lewat podcast. Agar masyarakat melek hukum.
PANDEMI Covid-19 membuat lantai 3 kantor HSH Center di Jalan Bengawan sepi. Tak ada kegiatan. Workshop, seminar, pelatihan, dan acara lainnya ditiadakan. Ruang serbaguna itu nyaris kosong. Kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Berbagai event kerap diselenggarakan di sana.
Kini saat pandemi, kegiatan Michael lebih banyak di kantor. Meski begitu, dia seperti tak menyerah pada keadaan. Waktu yang ada tetap dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dia pun mencari hal yang bisa diakses semua orang dengan mudah. Aktivitasnya sharing soal problem hukum di Instagram kini mulai dia padukan dengan cara baru. Yakni, dengan podcast. Alasannya bisa tambah luwes dan mudah dipahami masyarakat. Terutama para warganet yang aktif di media sosial. Sharing problem hukum memang tidak bisa ditinggalkan oleh Michael
Berbagai cara sudah dilakukan. Termasuk mem-posting di akun Instagram @brand.advice. Menurut dia, tak semua pertanyaan dari netizen bisa terjawab. Hingga dia harus membuat podcast untuk mengakomodasi keinginan warganet.
Ruang serbaguna di kantornya diubah. Semuanya disulap layaknya studio. Berbagai perlengkapan disiapkan. Tata lampu, mikrofon, mixer, kamera, sound recorder disiapkan di lantai 3 tersebut. Penataannya tidak boleh sembarangan. Tujuannya tidak hanya agar tampilannya bagus. Tapi, juga mampu menghasilkan suara bersih.
Dengan begitu, disinformasi tidak terjadi. Semua materi pembahasan dapat tersampaikan secara jelas dan gamblang. Karena itu, gaya bahasa yang digunakan juga tidak berat. Semua dikemas secara santai. Tak sedikit juga yang diselingi dengan canda. Siapa pun yang menontonnya bisa memahami dengan mudah.
Begitu pun soal tema pembahasan. Michael sengaja memilih beberapa kasus yang sedang ramai di publik. Mulai soal pertanahan hingga omnibus law. Tak sedikit pula tema yang diambil dari hal sepele yang kadang jarang dipikirkan. Misalnya, perjanjian nikah.
Selain melihat isu yang sedang berkembang di masyarakat, Michael juga kerap membuat question and answer (Q&A) di Instagram. Tujuannya menjaring tema apa yang diinginkan netizen. Responsnya pun positif. Tak sedikit yang mengusulkan tema pembahasan. Tentunya mengarah pada pembahasan hukum.
Menurut Michael, partisipasi warganet justru banyak dari usia yang cukup muda. Yakni, 25−34 tahun. Untuk lokasinya, mereka paling banyak berasal dari Surabaya dan Jakarta. ’’Selama tema sedang ramai di publik, responsnya pasti tinggi,’’ ucapnya.
Contoh lain adalah tema pertanahan. Banyak warganet yang request membahas hukum pertanahan. Yang menarik, narasumbernya bukan dari orang luar. Melainkan orang tuanya sendiri. Maklum saja, bapak ibunya adalah seorang notaris/PPAT.
Karenaitu,padapodcastpertama, dia mengundang ibunya, Inge Soesanto, sebagai narasumber. Ingedihadirkanuntukmembahas perjanjiankawin.Michaelmenyatakan, selain karena ibunya menguasai tema tersebut, itu juga bahan percobaan podcast-nya. Maklum, baru pertama rilis. ’ Ya kalaulangsungmengundangtamu luar, takutnya gimana-gimana,’’ ucapnya, lantas tertawa.
Bahkan pada satu kesempatan, semua narasumbernya berasal dari keluarganya. Yakni, bapak, ibu, dan adiknya didatangkan. Wajar, semuanya berpendidikan hukum. Keempatnya, termasuk Michael,adalahdosen.Karenaitu, visi dan misinya sama. Yakni, mengedukasihukumkemasyarakat.
Selain itu, podcast tersebut juga menjadi ajang bagi Michael untuk me-refresh ilmunya. Termasuk menjalin pertemanan dengan banyak orang.
Apayangdilakukannyaitumulai berbuahmanis.Diasudahberhasil mendapatkanklien.Takhanyadari Surabaya, tapi juga dari Jakarta, bahkan Makassar. Klien tersebut menghubunginya setelah mendengarpodcast yang dia upload.
Biasanya, mereka menghubungi melalui direct message (DM). Kemudian, berlanjut ke telepon.