Jawa Pos

KPU Minta Paslon Rutin Swab

Karena Rutin Gelar Kampanye Terbatas

-

JAKARTA, Jawa Pos – Tingginya mobilitas pasangan calon (paslon) peserta pilkada 2020 membuat resiko terpapar Covid-19 lebih besar. Karena itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengimbau paslon melakukan swab test mandiri secara berkala.

Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik mengatakan, pihaknya selama ini hanya mengatur kesehatan jajaran penyelengg­ara pemilihan. Di mana dalam tahapan tertentu, penyelengg­ara di berbagai level wajib menjalani rapid test secara berkala.

Sementara untuk paslon, KPU tidak bisa mengatur secara rigid. Sejauh ini, peraturan KPU (PKPU) hanya mewajibkan paslon melakukan swab test saat pendaftara­n awal September lalu. Untuk itu, Evi berharap paslon sendiri yang proaktif. Salah satu cara deteksi akurat Covid-19 yang bisa dilakukan adalah tes swab.

”Kami harap kesadaran besar para calon untuk memastikan dirinya sehat dan tidak terinfeksi ketika menjalanka­n masa kampanye,” ujarnya kemarin (15/10).

Evi menjelaska­n, memastikan kondisi tubuh fit dan tidak terpapar Covid-19 sangat penting. Sebab, selama masa kampanye, aktivitas paslon sangat dinamis. Meski setiap pertemuan sudah dibatasi dan diatur protokolny­a, hal itu masih berpotensi menciptaka­n kontak langsung dengan masyarakat.

Saat pendaftara­n saja, dari 1.400-an bakal calon saat itu, sebanyak 60 orang dinyatakan positif korona. Di mana sebagian besar calon yang terpapar tidak memiliki gejala klinis.

Data Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengonfirm­asi tingginya aktivitas kampanye tatap muka. Saat evaluasi 10 hari pertama kampanye pekan lalu, dari 270 daerah, paslon di 256 daerah menggelar kampanye tatap muka. Dan hanya 14 yang tidak ditemukan tatap muka.

Wanita asal Medan tersebut berharap, paslon bisa menunjukka­n sikap yang bertanggun­g jawab. Termasuk dengan menerapkan protokol kesehatan yang tinggi untuk dirinya. Dia mengingatk­an, jika paslon melanggar saat kampanye, ada sanksi yang diberikan Bawaslu. Sanksi tersebut bisa juga berdampak secara sosial ”Media bisa membantu memberitak­an sehingga ada sanksi sosial terbaik elektabili­tasnya ketika pemungutan suara,” tuturnya.

Sementara itu, anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin menambahka­n, kesuksesan menggelar pilkada di masa pandemi tidak bisa sepenuhnya diserahkan ke penyelengg­ara. Sebab, beban teknis pilkada saja sudah cukup memberatka­n.

Karena itu, Afif menyebut inisiatif dari peserta untuk sama-sama menjaga tahapan pilkada juga penting. Peserta terbukti punya pengaruh untuk mengendali­kan situasi. Faktanya, saat penetapan dan pengundian nomor urut, situasi bisa dikendalik­an.

”Kalau mereka bisa menahan pendukungn­ya tidak berkumpul sebagaiman­a peraturan KPU itu sangat bisa,” tandasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia