Warga Minta Rp 10 Juta Per Meter
Lahan untuk Pelebaran Jembatan Branjangan
SURABAYA, Jawa Pos – Kemacetan di Jembatan Branjangan bukanlah hal baru. Karena berulang-ulang terjadi, warga dan pengusaha yang terimbas pun mengeluh. Sebenarnya, ada solusi yang bisa diambil. Yakni, melebarkan jalur nasional tersebut. Hanya saja, program itu sulit direalisasikan karena memerlukan anggaran cukup besar.
Lurah Tambak Sarioso Sholeh
Moedzakir menegaskan bahwa wacana pelebaran akses di sekitar Jembatan Branjangan sebenarnya sudah lama. Kelurahan pernah mengajak berunding warga. Namun, belum ada kelanjutan dari pertemuan tersebut. ”Sulit dilakukan. Perlu biaya besar,” kata Sholeh. Selain anggaran yang tak sedikit, perlu koordinasi antarinstansi agar pembebasan selesai cepat.
Menurut Sholeh, masyarakat setuju dengan adanya pelebaran jalan. Mereka juga siap merelakan tanahnya. Asalkan, harga yang ditawarkan pemerintah sesuai dengan keinginan warga. ”Warga meminta Rp 10 juta per meter. Itu dulu dan sekarang bisa saja naik,” tambah Sholeh. Menurut dia, ada 30 rumah di sekitar jembatan yang perlu dibebaskan. Luasnya beragam. Jika dihitung, biaya pembebasan memerlukan anggaran lebih dari Rp 18 miliar.
Sholeh mengakui bahwa penyempitan akses menuju jembatan memang sering kali jadi problem. Untuk mengatasinya, petugas kerap turun memantau. Mereka segera melapor ke petugas keamanan jika ada kemacetan.
Sebelumnya, pengusaha mengeluhkan kemacetan yang terjadi di sekitar Jembatan Branjangan. Kemacetan sering terjadi saat sore dan pagi hari. Ada antrean kendaraan jelang memasuki Jembatan Branjangan dari arah Surabaya. Truk-truk berbadan besar harus bergantian melewati jembatan karena sempitnya akses.