Sayur, Seni, Segar: Dari Ladang Menuju Ruang Galeri
Saya menghabiskan waktu sekitar 30 menit untuk membaca catatan-catatan Anang tentang pengalamannya menjadi pedagang sayuran, desainer, dan seniman.
BISA dibilang bukan hal mengejutkan jika mengetahui apa yang Anang lakukan sebagai seniman akan selalu berhubungan dengan hal-hal yang belum atau memang tidak dianggap sebagai bagian dari praktik seni.
*
Anang Saptoto adalah seniman yang tinggal dan bekerja di Jogjakarta. Ia juga merupakan direktur Ruang MES 56, sebuah kolektif dan ruang alternatif kesenian di Jogjakarta. Selain sering bekerja sebagai fasilitator komunitas warga, dalam praktik keseniannya, Anang sering menggunakan medium fotografi dan videografi serta logika desain untuk menghubungkan semuanya.
Dalam 20 tahun praktik berkeseniannya, Anang tidak hanya bekerja untuk menghasilkan karya seni, namun juga banyak melakukan kerja fasilitasi dengan komunitas warga ataupun menerima tawaran membuat desain. Persilangan praktik antara membuat karya seni selayaknya seorang seniman, kerja desain, dan fasilitasi komunitas warga menjadi saling memengaruhi satu sama lain, khususnya dalam bagaimana Anang menentukan arah praktiknya dalam berkesenian.
Salah satunya adalah bagaimana Anang menjalankan
Panen Apa Hari Ini. Anang juga menempatkan praktiknya sebagai seniman dan desainer untuk bertemu dengan praktik berdagang sayur-mayur. Bersama dengan rekannya, Pak Ustad Sofyan, Anang memulai untuk mendistribusikan hasil panen dari beberapa petani di wilayah Kulonprogo ke beberapa pelanggan di Jogjakarta. Ia datang ke Kulonprogo setiap Rabu untuk mengambil hasil panen, lalu menawarkannya melalui platform chat WhatsApp kepada para pelanggan di Jogjakarta.
Tidak berhenti dalam proses menawarkan sayur-mayur, Anang juga melakukan pencatatan untuk setiap pengalamannya berdagang sayur. Pengalamanpengalaman ini dimulai dari bertemu dengan petani atau pengepul hasil panen. Lalu dilanjutkan dengan pertemuan-pertemuan pelanggan. Di setiap pertemuannya, Anang selalu menyempatkan untuk bertukar informasi atau kabar.
Membuatjalur distribusiyangadildan tidakpanjangsehingga petanitidakdirugikan memangmenjadisalah satutujuan Panen Apa Hari Ini.Namun,membukasegala informasidanpengetahuanyang berkaitandenganhasilpanendan petaniadalahtujuanutama
Panen Apa Hari Ini. Anang membagikan segala informasi dan pengetahuan terkait melalui catatan pribadinya di blog ataupun penyampaian lisan ketika ia bertemu dengan para pelanggan.
Dari Ladang Menuju ke Ruang Galeri
Anang menikmati pertemuanpertemuan itu sebagai proses kreatifnya sekaligus menemukan benang penghubung dengan praktiknya sebagai seniman. Pameran dengan tajuk ’’Sayur, Seni, Segar’’ yang berlangsung 23 September sampai 6 Oktober di MES 56 memajang seluruh hasil dokumentasi prosesnya dalam berjualan sayur –mulai bertemu petani hingga bertemu pelanggan– yang telah diolah dengan sentuhan artistik. Pameran ini juga memperlihatkan bagaimana Anang bekerja sebagai seniman, desainer, dan pedagang sayur-mayur yang telah sering bekerja fasilitasi komunitas warga –seperti yang saya sebut sebelumnya. Anang membuat seri foto
Pelanggan 4.0 dengan metode kolase untuk menggabungkan foto pelanggannya dengan sayur-mayur. Ia dengan sengaja menutup badan bagian atas pelanggan dan menggantinya dengan sayur karena memang tidak ada kebutuhan untuk menampilkan identitas para pelanggannya. Yang menjadi perhatian atau poros utama kolase tersebut adalah hasil panen yang ia dapatkan dari petani, lalu ia perjualbelikan. Selain seri foto Pelanggan
4.0, Anang juga membuat seri foto petani ’’Keluarga Langgeng Makmur’.’ Ia melakukan metode artistik yang sama, yaitu kolase. Namun, yang membedakan adalah pilihan bagian yang dikolase. Ia tidak menggantikan tubuh bagian atas dengan sayur-mayur, namun menggantikan tubuh bagian bawah –pinggang ke kaki– dengan hasil panen. Jadi, identitas wajah para petani akan terlihat. Pilihan artistik ini menunjukkan bahwa memang kepentingan untuk menunjukkan informasi siapa yang menanam adalah penting dalam Panen Apa Hari Ini.
Setelah melakukan pencatatan dan kolase, ia bersama rekannya, Tifa, sedang menyusun buku foto dan pemetaan Kelompok Wanita Tani (KWT) tentang tanaman yang bisa dipanen bersama ibu-ibu Kelompok Wanita Tani di Kulonprogo. Dengan buku ini, Anang sedang berupaya membuka informasi dari petani di Kulonprogo kepada para pelanggan di Jogjakarta. Sehingga para pelanggan bisa mengakses langsung hasil panen di wilayah tani ibu Kelompok Wanita Tani (KWT), Kulonprogo.
Ketiga upaya yang Anang lakukan, yaitu melakukan pencatatan, pembuatan kolase, dan dengan sengaja menciptakan pertemuanpertemuan –secara terpisah– bersama petani atau pelanggan, adalah proses Anang untuk memanjangkan nilai sayur-mayur yang ia tawarkan sekaligus perwujudan kerja kolaborasi guna membuka akses yang tak pernah bisa usai. Namun, mengerjakan buku panduan fotografi tentang hasil panen bersama ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) adalah proses meruntuhkan posisi seniman sebagai inisiator dalam kerja-kerja komunitas. Ada atau tidak ada Anang, usaha untuk menciptakan jalur distribusi pangan yang adil dan terbuka akan tetap terwujud setelahnya. Dengan menghadirkan
Panen Apa Hari Ini di dalam ruang pamer, Anang (lagi-lagi) sedang menunjukkan bahwa praktik keseniannya akan selalu mempertemukannya dengan praktik-praktik yang tidak atau belum dianggap sebagai praktik seni. Atau barangkali memang tidak perlu memikirkan pelabelan praktiksenidanbukan(atau belum)senijikamengacukepada kerja-kerja komunitas?