Siswa SD Siap-Siap Belajar Tatap Muka
Khusus Kelas VI, Dispendik Terima Banyak Permohonan
SURABAYA, Jawa Pos − Pemkot terus menyiapkan pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Rencananya, program itu tidak hanya menyasar pelajar tingkat SMP. Namun, juga membuka kesempatan bagi siswa SD. Saat ini teknisnya sedang dirapatkan.
Penjelasan itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Supomo setelah memberikan motivasi di SMPN 1 Senin lalu (19/10)
J
Dia menjelaskan bahwa Surabaya siap mengadakan pembelajaran tatap muka. Seluruh persyaratan yang dibutuhkan telah dipenuhi.
Misalnya, kesiapan sekolah. Seluruh lembaga pendidikan harus memenuhi indikator yang telah ditentukan dispendik. Di antaranya, melengkapi sarana dan prasarana (sarpras), memastikan kesehatan guru dan siswa, serta mengatur kurikulum pembelajaran baru.
Sarpras yang wajib dipenuhi adalah ketersediaan wastafel. Tempat mencuci tangan itu berada di sekitar area sekolah. Mulai dari halaman depan, di depan kelas, hingga di lapangan. Selain itu, ruang kelas minimal memiliki 10 persen ventilasi. ’’Agar ada sirkulasi udara,’’ paparnya.
Kesiapan guru dan siswa juga menjadi perhatian. Pemkot memastikan seluruhnya harus sehat. Langkah yang dilakukan melalui uji usap. Untuk kurikulum baru, jam pelajaran dibatasi. Maksimal tiga sampai empat jam. ’’Masuk dan pulang, orang tua harus segera menjemput,’’ jelasnya.
Awalnya, dispendik menyiapkan 18 sekolah untuk kembali menjalankan pembelajaran tatap muka di tingkat SMP negeri dan swasta. Dari hasil telaah dispendik, mayoritas sudah memenuhi indikator. Contohnya, SMPN 1 yang dipastikan sudah siap.
Saat ini pemkot melebarkan sekolah tatap muka. Pembelajaran di SD siap dibuka. Hanya untuk siswa kelas VI . Tentunya ada sejumlah pertimbangan ketat. Mantan kepala dinas sosial (dinsos) itu menjelaskan sejumlah alasan siswa kelas VI SD harus kembali sekolah.
Menerima ilmu dari guru di kelas.
Pertama, dispendik mendapatkan banyak permintaan dari SD di seluruh Surabaya. Banyak lembaga pendidikan di tingkat dasar yang meminta pembelajaran tatap muka segera digelar. ’’Tidak hanya negeri, banyak juga sekolah swasta yang sudah mengajukan pembukaan sekolah,” jelasnya.
Dalam pengajuan itu, sekolah melampirkan sejumlah persyaratan. Mulai pemenuhan sarpras protokol kesehatan (prokes) hingga kesiapan tenaga pendidik.
Kedua, kesiapan guru. Saat ini pemkot sudah menuntaskan tes swab untuk guru SD. Selanjutnya, beralih menuntaskan tes swab bagi guru SMP. Berikutnya mengadakan uji usap untuk siswa SMP dan SD.
Pertimbangan ketiga, dispendik melihat kesiapan siswa. Terutama pelajar kelas
VI SD. Menurut Supomo, siswa kelas VI SD sudah memiliki kepekaan. Tidak lagi abai terhadap virus korona. ’’Mereka bisa diajari jaga jarak dan memakai masker,’’ tuturnya.
Yang tidak kalah penting berkaitan dengan proses belajar-mengajar. Siswa kelas VI SD selangkah lagi naik ke SMP. Pemkot harus menjamin seluruh siswa mendapatkan pembelajaran optimal. ”Sehingga bisa naik ke jenjang pendidikan SMP,’’ terangnya. Untuk membuka kembali pembelajaran tatap muka SD, dispendik tetap mengedepankan aspek kesehatan. Sekolah harus memenuhi sejumlah indikator. Sama dengan persyaratan untuk SMP.
Kasubbag Penyusunan Program dan Pelaporan Dispendik Triaji Nugroho menjelaskan, pemenuhan indikator merupakan kewajiban. Dispendik memberikan lampu hijau jika sekolah memenuhi syarat. ’’Nanti kami juga turun untuk melakukan verifikasi,’’ jelasnya.
Supomo mengatakan, meski sudah siap menggelar pembelajaran, pemkot tetap berkoordinasi dengan pemerintah. Pasalnya, ada aturan tertulis bagi daerah yang hendak membuka sekolah. Itu tertuang dalam SKB empat menteri. Isinya, daerah yang bisa menggelar pembelajaran tatap muka berstatus kuning dan hijau.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, Surabaya siap mengadakan pembelajaran tatap muka. Sejumlah bukti dipaparkan. Pertama, kondisi Surabaya sudah membaik. Capaian tersebut terlihat dari hasil monitoring self assessment indikator kesehatan masyarakat (IKM). Hasilnya menunjukkan, Surabaya merupakan daerah yang berisiko rendah korona. ’’Sudah sebulan kami berhasil meredam korona,’’ ucapnya.
Kedua, kesiapan sekolah. Pemkot terus menggeber uji usap bagi guru. ”Setelah guru, giliran siswa,’’ paparnya.
Optimisme Risma terus tumbuh. Hal itu terlihat dari kondisi Surabaya yang semakin baik. Saat ini tinggal 143 pasien positif korona yang dirawat. ’’Kami harus terus menekan angka warga yang terpapar serta menunggu petunjuk pemerintah,’’ terangnya.