Tes Audiometri sebelum Pakai Alat Bantu Dengar
SURABAYA, Jawa Pos - Alat bantu dengar menjadi salah satu teknologi yang bisa meningkatkan kualitas hidup pasien gangguan dengar. Sayang, tidak semua pasien membeli alat bantu dengar berdasar hasil audiometri. Hal itu diungkapkan konsultan audiologi RS Darmo Maria Fourta.
”Padahal, hasil audiometri itu sangat penting untuk mengatur supaya frekuensi alatnya betulbetul tepat sesuai kebutuhan. Jika tanpa pemeriksaan audiometri dulu, akhirnya ada yang mengeluhkan alatnya nggak nyaman waktu dipakai. Karena menyetelnya ngasal atau pakai setelan dari pabrik,” terangnya kepada Jawa Pos kemarin (20/10).
Alumnus Akademi Audiologi Indonesia dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta itu menjelaskan, audiometri merupakan tes untuk mengetahui derajat pendengaran seseorang. Prosedur tesnya tergolong sangat singkat. Kurang lebih 10 menit. Pasien akan dipasangi headphone. Lantas diberi stimulus bunyi. Dari suara paling pelan yang bisa ditangkap telinga. ”Nanti dari situ muncul grafik untuk mendiagnosis level gangguan dengarnya sampai sejauh mana,” imbuhnya. Skrining pendengaran dengan audiometri disarankan untuk dilakukan minimal setahun sekali. Terutama bagi mereka yang seharihari terpapar kebisingan.
”Yang punya faktor risiko lebih tinggi itu seperti mereka yang bekerja di pabrik, kuli bangunan, tinggal di dekat rel kereta. Atau, orang yang punya hobi menyelam dan menembak,” ujarnya.
Sementara itu, Dr dr Nyilo Purnama Sp THTKL (K) FICS FISCM, dokter spesialis THT RS Darmo, menyatakan bahwa keluhan ketidaknyamanan dari penggunaan alat bantu dengar bisa sampai berdampak pada perasan frustrasi. ”Keluhan paling sering, selain berisik dan tidak nyaman, alat bantu dengar mengeluarkan feedback. Itulah juga mengapa pasien perlu audiometri dan sesi konsultasi,” jelas Nyilo.