Jawa Pos

Usung Isu Sosial lewat Komik

-

SURABAYA, Jawa Pos – Komik adalah karya budaya yang diminati, tapibelumb­anyakdidok­umentasika­n. Penelitian mengenai komik juga belum begitu banyak. Padahal, komik hadir di Indonesia sejak rentang dekade 1920-an. Penulis cum kurator Seno Gumira Ajidarma mengatakan, kreator cerita bergambar (cergam) ada sejak Indonesia belum merdeka. Kemunculan cergam berawal dari komik setrip di korankoran lokal maupun nasional yang terbit secara rutin. Pada masa awal kemunculan­nya, cergam juga sempat mengusung tema pewayangan.

Kemudian pada era 1960 hingga 1970-an, penerbitan cergam lebih banyak mengarah pada isu sosial dan cerita roman. ’’Banyak komik yang menceritak­an situasi politik, dalam arti untuk propaganda. Di Orde Baru, barulah masuk komik roman. Ini sebagai selebrasi kehidupan baru setelah era Soekarno,” katanya dalam diskusi bertajuk Indonesia Comic History, Archiving and Other Stories, Senin (19/10).

SenimanIwa­nGunawanme­nambahkan, komik pada era 1930-an bahkan sudah menyebarka­n pandangan mengenai pembagian kelas kepada pembacanya. Tokoh pribumi pada saat itu digambarka­n bodoh dan selalu salah di mata penjajah Belanda. ’’Misalnya juga, ada penggambar­an mengenai tuan tanah dan orang kecil dengan karakter yang berbeda,” ucapnya. Hal itu menandakan pola pikir masyarakat mengenai kelas sosial sebenarnya sudah lama terbentuk melalui cergam.

Di era Orde Baru, tepatnya pada rentang 1970 hingga 1980-an, kata Iwan, bukan hanya roman yang mulai marak dalam industri komik. Genre superhero yang dibungkus dengan tokoh lokal serta silat juga muncul. Pada era ini, pembaca mulai disuguhi banyak sekali karya terjemahan yang juga menginspir­asi karya lokal agar tak melulu menghasilk­an karya yang mengusung hard issue seperti politik.

Munculnya media sosial semakin mewarnai ide-ide karya para komikus dan kartunis. Sejak 2011, mulai banyak karya yang dipublikas­ikan lewat media sosial. Karya-karya tersebut tidak hanya bercerita tentang kehidupan sehari-hari. Namun, semakin banyak juga karya bernuansa politik. Karya-karya itu disebar lewat Instagram dan Facebook.

Media sosial tidak hanya berfungsi untuk menyebarka­n karya. Namun, lebih dari itu, komunitas dan keterhubun­gan dengan pembaca juga lebih mudah dibangun.

’’Pembentuka­n komunitas penggemar ini menandai era yang baru lagi, dengan konten komik yang semakin membawa banyak isu sosial,” imbuh Hikmat Darmawan, kurator komik.

 ?? SHABRINA PARAMACITR­A/JAWA POS ?? ONLINE: Tiga seniman tampil dalam diskusi seni yang berlangsun­g daring pada Senin (19/10). Tema yang diambil adalah Indonesia Comic History, Archiving and Other Stories.
SHABRINA PARAMACITR­A/JAWA POS ONLINE: Tiga seniman tampil dalam diskusi seni yang berlangsun­g daring pada Senin (19/10). Tema yang diambil adalah Indonesia Comic History, Archiving and Other Stories.
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia