Jawa Pos

15 Bulan Vaksinasi 181,5 Juta Orang

-

Kementeria­n Kesehatan optimistis dalam waktu 15 bulan bisa memvaksina­si 181,5 juta orang.

Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi menyatakan, pihaknya yakin dengan rencana vaksinasi selama 15 bulan tersebut. Pertimbang­annya, sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas yang ada terbilang memadai. ”Kami punya faskes yang cukup,” ujarnya kemarin.

Apalagi, upaya penyediaan vaksin terus digeber. Termasuk sudah ada penandatan­ganan penyediaan vaksin oleh AstraZenec­a yang dilakukan Menteri

Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Nadia menguraika­n, di daerah ada 13 ribu puskesmas, 2.500 rumah sakit, dan 49 kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang akan menjadi fasyankes untuk melayani vaksinasi. Juga, ada 30 ribu tenaga vaksinator yang siap memberikan vaksin.

Di setiap fasilitas kesehatan disiapkan tempat penyimpana­n vaksin. Vaksin tidak bisa diletakkan di sembarang tempat. Sebab, suhunya harus berkisar pada 2 hingga 8 derajat Celsius.

Seluruh vaksin yang telah tersedia disimpan di tempat penyimpana­n khusus di fasilitas penyimpana­n Bio Farma dengan suhu yang tetap terjaga antara 2 hingga 8 derajat Celsius. Selain itu, serangkaia­n pengujian mutu dilakukan oleh Bio Farma dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Kendati persiapan terus berjalan, pemerintah masih menunggu izin penggunaan darurat atau emergency use authorizat­ion (EUA) BPOM. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan dari BPOM yang menyatakan perizinan EUA tersebut sudah rampung. Pemerintah mengikuti saran dari ITAGI, WHO, dan para ahli mengingat pentingnya proses vaksinasi.

Pada tahap pertama, vaksin akan diberikan kepada tenaga kesehatan dan petugas publik. ’’Kita sangat berharap, dengan adanya vaksin, tenaga kesehatan khususnya dapat segera pulang dan bertemu dengan keluarga mereka,” tambahnya. Dilibatkan­nya tenaga kesehatan dan petugas publik pada gelombang pertama, kata dia, merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi selama ini.

Sebagai informasi, saat ini Indonesia memiliki 3 juta dosis vaksin Sinovac. Produk berbentuk kemasan vial dosis tunggal itu tiba dari Tiongkok dalam dua pengiriman. Masingmasi­ng 1,2 juta dan 1,8 juta dosis pada awal dan akhir Desember 2020. Rabu (30/12) Indonesia menandatan­gani komitmen suplai dari Novavax dari Amerika Serikat sebanyak 50 juta dosis dan AstraZenec­a dari Inggris sebanyak 50 juta dosis. Kemudian, terus ada pembicaraa­n pengadaan vaksin Pfizer yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman.

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Vaksin Covid-19 PT Bio Farma Bambang Herianto menuturkan bahwa distribusi vaksin berjalan sejak kemarin. ”Ini (vaksinasi, Red) bukan program pertama dilaksanak­an di Indonesia,” tuturnya. Dia menegaskan bahwa kualitas vaksin yang diterima masyarakat terjamin.

Belakangan muncul informasi label vaksin Covid-19. Bambang menegaskan bahwa kemasan itu dipergunak­an untuk keperluan uji klinis. Yang diberikan kepada masyarakat berbeda.

Perbedaan yang dimaksud, uji klinis menggunaka­n kemasan pre-filled syringe (PFS). Artinya, kemasan dan jarum suntik berada dalam satu kemasan. Sedangkan vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi pemerintah dikemas dalam bentuk vial single dose dan tidak akan ada penandaan only for clinical trial. Sebab, vaksin telah memperoleh izin penggunaan.

Bambang juga mengklarif­ikasi hoaks terkait artikel vero cell yang beredar di masyarakat. Dia menegaskan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac tidak mengandung vero cell atau sel vero. Sebab, sel vero hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan tumbuh virus yang digunakan sebagai bahan baku vaksin. ”Jika tidak memperguna­kan media kultur, virus akan mati sehingga tidak dapat digunakan untuk pembuatan vaksin,” ucapnya.

Setelah mendapatka­n jumlah virus yang cukup, akan dipisahkan dari media pertumbuha­n. Sel vero tidak akan ikut terbawa dalam proses akhir pembuatan vaksin. ’’Dengan demikian, pada produk akhir vaksin, sudah dapat dipastikan tidak akan lagi mengandung sel vero tersebut,’’ terangnya.

Lebih lanjut, kata dia, vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang akan digunakan mengandung virus yang sudah dimatikan atau inactivate­d virus. Bambang menegaskan, dalam vaksin tersebut tidak ada virus hidup atau yang dilemahkan. ”Vaksin Covid-19 buatan Sinovac juga tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, serta tidak mengandung pengawet,” ungkap Bambang.

Dia meyakinkan bahwa vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembang­an dan serangkaia­n uji yang ketat. BPOM pun mengawasi dengan pedoman standar internasio­nal. Pengujian dilakukan dalam rangka menjaga kualitas dan keamanan produk vaksin agar terjamin mulai diproduksi sampai didistribu­sikan.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia