Jawa Pos

Berawal dari Hobi Memasak dan Pensiun

Sambal Surabaya racikan Susilaning­sih berhasil menggoyang lidah orang-orang Amerika dan Kanada. Dua negara itu menjadi tujuan ekspornya. Grafik permintaan sambal selalu meningkat setiap tahun.

- UMAR WIRAHADI,

AROMA kuat khas sambal langsung menguar begitu Jawa Pos memasuki salah satu ruangan kemarin (4/1). Ruangan 5 x 5 meter yang disebut white area itu memang dijadikan tempat pengisian sambal ke dalam botol dan sachetsete­lah dimasak di ruang produksi.

Empat pekerja yang mengenakan sarung tangan plus peralatan lengkap tampak cekatan memasukkan sambal ke botol. ”Ruangan ini harus steril agar

Jawa Pos sambal tetap higienis sampai pengepakan,” kata Susilaning­sih saat ditemui Jawa Pos di rumahnya, Jalan Tenggilis VI Blok DD, Nomor 1, Surabaya, kemarin (4/1). Rumah tersebut memang dijadikan tempat produksi sambal olahan. Namanya Dede Satoe. Meski hanya produk rumahan, sambal racikan Susi –sapaan karib Susilaning­sih– memiliki kualitas ekspor

J

”Kami sudah kirim sampai ke Amerika dan Kanada,” tutur perempuan 65 tahun itu.

Keberuntun­gan Susi yang bisa membuka pasar ekspor sambal berawal saat dirinya mengikuti pameran UMKM di Grand City. Saat itu pada momen Jatim Fair, sambal Surabaya yang dirintis Susi diminta mengisi salah satu booth di kelompok pameran produk industri-industri kecil. Tak disangka, stan milik Susi menjadi perhatian salah seorang agen buyer asal Amerika.

Agen tersebut tertarik pada produk sambal pedas. ”Dia coba sendiri sampai kepedasan,” ujarnya.

Agen itu siap memasukkan sambal Surabaya dengan syarat tidak menggunaka­n monosodium glutamate (MSG) atau zat penyedap rasa alias micin. Ternyata, sambal bikinan Susilanini­bgsih memang tanpa MSG.

Dia mulai merealisas­ikan ekspor pada November 2016. Lalu, mengirim lagi pada Desember tahun itu. Ternyata, produk sambal olahan Susi semakin mendapat tempat di lidah orang-orang Amerika. Itu terlihat dari grafik pengiriman yang terus meningkat.

Pada 2017, 2018, dan 2019, pengiriman terus meningkat. Terakhir pada 2020, tercatat ada 12 kali pengiriman ekspor ke Amerika dan Kanada. ”Setiap tahun ada peningkata­n. Naik terus trennya. Termasuk 2020, meski ada pandemi, ekspor meningkat terus,” tuturnya.

Susi menuturkan, pembuatan sambal kali pertama digeluti Susi pada 2011. Pada Maret tahun itu, dia memasuki masa pensiun. Dia pun mengaku kebingunga­n tanpa aktivitas. Ibu tiga anak tersebut lalu mencoba menggeluti hobi memasak. Saat itu, dia membuat sambal. Lalu, dia menawarkan kepada tetangga dan kerabatnya.

Karena responsnya cukup bagus, dia mulai pede memasukkan penawaran ke beberapa toko modern. Namun, ternyata penawarann­ya ditolak. Bukan karena rasa, melainkan karena persoalan legalitas. ”Saat itu saya tidak punya izin edar. Mereka khawatir kalau ada apa-apa dengan konsumen, kan bisa jadi persoalan hukum,” ujarnya.

Mulai saat itulah dia mengurus berbagai kebutuhan ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkot Surabaya. Dia juga mengurus izin lainnya seperti surat izin usaha perdaganga­n (SIUP) dan keterangan izin halal ke Dinas Perdaganga­n Kota Surabaya. Baru setelah itu, dia diberi izin untuk memasarkan produknya ke beberapa ritel modern. ”Setelah itu, saya diterima. Dan ternyata, hasil penjualann­ya cukup menggembir­akan,” tutur Susi.

 ?? ROBERTUS RISKY/ JAWA POS ?? TEMBUS LUAR NEGERI: Susilaning­sih menunjukka­n produk sambal Surabaya miliknya di Jalan Tenggilis, Surabaya, kemarin (4/1). Produk itu telah sampai ke Amerika Serikat dan Kanada.
ROBERTUS RISKY/ JAWA POS TEMBUS LUAR NEGERI: Susilaning­sih menunjukka­n produk sambal Surabaya miliknya di Jalan Tenggilis, Surabaya, kemarin (4/1). Produk itu telah sampai ke Amerika Serikat dan Kanada.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia