Jawa Pos

Baju dari Ibu, Dasi dari Rekan Organisasi

Meski berprofesi bakul mlijo alias pedagang sayur keliling, Yasep Rahmat Wahyudi tak mau mati gaya. Setiap kali ”dinas”, dia selalu mengenakan busana ala pegawai kantoran, lengkap dengan dasinya.

- RIDHO ABDULLAH AKBAR,

SETIAP pagi, Yasep Rahmat Wahyudi selalu berkelilin­g di perumahan di kawasan Sukodono. Paling banyak adalah di kawasan Desa Karangsari. Sepintas, orang yang baru melihatnya menduga pria itu adalah pegawai kantoran.

Namun, obrok (keranjang besar) berisi aneka sayur-mayur yang terpasang di jok belakang motornya membuyarka­n

Lumajang dugaan itu. Ya, Wahyu adalah pedagang sayur keliling. Wahyu mengaku sudah 6 tahun berjualan. Namun, dia baru 3 tahun terakhir memilih gaya perlente itu. Lelaki asal Dusun Sidosari, Desa Karangsari, Kecamatan Sukodono, tersebut hampir setiap pagi menjajakan barang kebutuhan pokok. Berkelilin­g mengitari desa dengan menggunaka­n sepeda motor.

Para pelanggan (yang mayoritas ibu-ibu) sudah hafal dengan gaya Wahyu. Memang, awalnya sempat kaget, tapi sekarang para emak-emak itu langsung senang mengerubun­ginya. ”Awalnya mereka senyumseny­um, lalu membeli. Ya sudah biasa digoda seperti itu,” ucapnya.

Profesi itu dia tekuni setelah putus sekolah. Wahyu terpaksa drop out sejak kelas II SMP karena kekurangan biaya. Sebelum berjualan, dia selalu konsisten membantu sang ibu untuk berdagang di Pasar Baru Lumajang. Dia berinisiat­if membantu berjualan seperti bumbu-bumbu dapur dan sayuran. “Awalnya bantu diamdiam. Ketika ibu tidur, saya berjualan sayuran ke tetangga,” ucapnya.

Tak terasa, dia menikmati profesi itu. Sampai akhirnya, menginjak tahun ke ketiga, muncul ide untuk bergaya ala pegawai kantoran. Wahyu sengaja memilih gaya yang berbeda karena ketatnya persaingan.

Uniknya, Wahyu tidak pernah mengeluark­an sepeser pun untuk membeli aneka perangkat yang dipakainya. Baju, celana, hingga perangkat lainnya didapat dari sumbangan.

Dasi yang dipakainya dia terima dari teman organisasi karang taruna. Sementara itu, baju didapat dari sang ibu. Celana dapat sumbangan dari temannya. Lalu, sepatu dapat dari salah satu saudaranya.

Ide itu ternyata membuahkan hasil. Usaha Wahyu mulai menunjukka­n perkembang­an. ”Pendapatan­nya bertambah, tapi kadang dilihat sinis pedagang lain,” tuturnya.

Namun, yang membuatnya lega dan gembira, para pelanggan setianya selalu membeli dan memberikan motivasi untuk terus semangat. Mereka mayoritas memberikan dorongan untuk selalu optimistis.

 ?? RIDHO ABDULLAH AKBAR/JAWA POS RADAR SEMERU ?? NYENTRIK: Yasep Rahmat Wahyudi, pedagang sayur keliling asal Desa Kerangsari, Kecamatan Sukodono, yang selalu berdandan rapi dengan mengenakan dasi ketika berjualan di lingkungan perumahan. Gayanya yang nyentrik kerap menarik perhatian emak-emak.
RIDHO ABDULLAH AKBAR/JAWA POS RADAR SEMERU NYENTRIK: Yasep Rahmat Wahyudi, pedagang sayur keliling asal Desa Kerangsari, Kecamatan Sukodono, yang selalu berdandan rapi dengan mengenakan dasi ketika berjualan di lingkungan perumahan. Gayanya yang nyentrik kerap menarik perhatian emak-emak.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia