Temukan Senyawa Antikanker dari Tanaman
SURABAYA, Jawa Pos – Hingga kini para peneliti terus mengembangkan riset untuk mengatasi penyakit-penyakit kronis. Salah satunya, kanker. Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Prof Tjitjik Srie Tjahjandarie pun menemukan senyawa baru antikanker dan antimalaria dari tanaman endemik Indonesia Timur.
Tjitjik mengatakan, hasil risetnya bersama tim Fakultas Sains dan Teknologi Unair tentang Bioprospek Tanaman Endemik Indonesia sebagai Sumber Penemuan Kandidat Obat dalam Upaya Peningkatan Ketahanan Kesehatan menunjukkan hal yang positif
J
Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia. ’’Salah satunya adalah tumbuhan,’’ katanya.
Dia menambahkan, Indonesia Timur merupakan wilayah yang kaya sumber tanaman endemik. Tanaman endemik Indonesia Timur dipengaruhi Benua Australia (flora Australis). Keragaman senyawa metabolit sekunder dari flora Australis, khususnya jenis suku Calophyllaceae, Rutaceae, dan Fabaceae, hingga saat ini belum pernah dikembangkan dan dilaporkan peneliti.
’’Selama tujuh tahun saya dan tim meneliti ini. Fokus untuk mengungkap keragaman senyawa kimia jenis tumbuhan berhabitus pohon dari Indonesia Timur,’’ ujar guru besar bidang kimia organik Fakultas Sains dan Teknologi Unair itu.
Tjitjik menambahkan, pemetaan keragaman metabolit sekunder flora Australis Indonesia Timur diharapkan dapat melindungi plasma nutfah tumbuhan Indonesia. Selain itu, dapat menemukan chemical marker untuk tumbuhan obat Indonesia. Khususnya dari suku Calophyllaceae, Rutaceae, dan Fabaceae.
’’Pengembangan penelitian ini telah menghasilkan ratusan senyawa metabolit sekunder dengan puluhan senyawa baru yang memiliki efek fisiologis sangat tinggi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker (antikanker) dan Plasmodium falciparum (antimalaria),’’ jelasnya.
Tjitjik menuturkan, hasil penelitian pada tumbuhan Calophyllum yang merupakan famili Calophyllaceae menghasilkan enam senyawa baru dari spesies C.tetrapterum dan C.peekeli. Sementara itu, Calotetrapterin A-C dari spesies C.tetrapterum yang dihasilkan memperlihatkan nilai penghambatan sangat kuat dalam menekan pertumbuhan sel kanker darah (P-388).
’’Sementara, Calopeekeli A-C dari C.peekeli merupakan senyawa baru golongan asam kromanoat yang sangat aktif sebagai antimalaria,” jelas alumnus University of Western Australia tersebut.
Selain itu, Genus Melicope adalah bagian dari famili Rutaceae yang mengandung senyawa golongan alkaloid, kumarin, flavonoid, asilfloroglusinol, asam sinamat, dan hibrid alkaloid (gabungan dua senyawa). Penelitian terhadap Melicope menghasilkan lima senyawa baru dari beberapa spesies Melicope yang sangat aktif sebagai antimalaria dan antikanker (kanker rahim).
’’Melimolucanin A aktif sebagai antimalaria dan empat senyawa baru. Yakni, Meliglabrin, Meliquersifolin B, Melikodenin F, Melikodenin J. Hasilnya menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap sel kanker rahim,” kata dia.
Kemudian, Flemingia merupakan bagian famili Fabaceae, spesies F.macrophylla yang menghasilkan senyawa turunan flavonoid. Yakni, calkon tergeranilasi yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan sekaligus aktif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara pada tahapan metastasis hingga apoptosis sel kanker.
Hasil penelitian terhadap
ditemukan senyawa aktif baru Flemingin P dan Flemingin Q serta lima senyawa baru lainnya.
’’Senyawa baru tersebut diujikan pada sel kanker payudara (sel 4T1 dan T47D) dan menunjukkan kekuatan yang sangat aktif,” ujarnya.