UMKM Dapat Evaluasi guna Perluas Pasar
SURABAYA, Jawa Pos – Kurasi bersama pihak Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia Jawa Timur (GPEI Jatim) memberikan manfaat bagi para penggiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Para pengusaha kecil tersebut dapat mengevaluasi usaha dan produk masing-masing. Mereka pun bisa mempunyai acuan untuk memperbaiki produk pascakurasi dari hasil kerja sama dengan Dinas Perdagangan Surabaya beberapa waktu lalu itu.
Para pelaku usaha tersebut mendapatkan berbagai evaluasi dari para kurator agar produk mereka dapat diterima pasar. Terlepas dari hasil kurasi yang belum diumumkan, para pelaku UMKM bertekad mempercantik produk mereka untuk menembus pasar internasional.
Pemilik UMKM kuliner Payu-Payu Deny Wijayanti, menyatakan, ada PR yang harus diselesaikannya untuk bisa ekspor. Yakni, memiliki izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk produk sambal dan wader miliknya. Saat ini dia baru mengantongi izin Perusahaan Industri Rumah Tangga (P-IRT). ”Jadi, dapur produksi makanan ini harus dipisah dengan dapur rumah tangga untuk lolos
BPOM,” ujarnya kemarin (8/1).
Meski Payu-Payu diproduksi di dalam rumahnya, Deny sebenarnya sudah memproduksi Payu-Payu di dapur yang berbeda dengan dapur rumah tangga. Hanya, dia memang belum mengurus izin BPOM. Pemisahan dapur itu dilakukan untuk memastikan kebersihan produksi Payu-Payu agar lebih higienis.
Menurut Deny yang juga memproduksi abon ikan gabus dan biskuit itu, faktor kemasan juga penting. Dari GPEI, dia disarankan untuk membuat packaging yang lebih menarik. Selama ini, packaging Payu-Payu menggunakan lebih banyak tenaga manual. Agar lebih bagus, harus ada otomasi. Namun, untuk itu, Deny harus mencapai minimal jumlah order tertentu agar biaya yang dikeluarkan tidak membengkak.
”Karena pandemi, produksi kami masih sedikit. Nah, untuk packaging dalam jumlah besar ini, ada yang minimal order 1.000. Kuotanya nanti bisa digabung dengan UMKM lain atau bisa juga dikurangi minimal jumlah ordernya,” imbuhnya.
Perihal kemasan juga menjadi PR Sumini, pemilik UMKM Kampung Semanggi. Dia menyodorkan semanggi instan dan rempeyek semanggi pada kurator. Evaluasinya, kemasan produk Sumini terlalu besar sehingga harus diperkecil. Ukuran rempeyeknya juga dinilai terlalu besar. ”Jadi, mereka (kurator, Red) minta rempeyeknya itu harus habis dimakan dalam sekali gigit gitu. Kayak snack,” ucapnya.
Sementara itu, untuk rasa makanan, kurator menilai sudah cukup baik. Sumini yang juga memproduksi stick dan krispi semanggi itu berharap bisa lolos ekspor ke Korea Selatan. Sebab, produk olahan semanggi miliknya sudah sering menjadi isi goody bag yang dibawa mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ke Negeri Ginseng.