Jawa Pos

Ombudsman: Biaya Perawatan Pesawat Tak Boleh Dipangkas

-

BISNIS penerbanga­n termasuk sektor yang paling terpukul pada masa pandemi. Asosiasi Perusahaan Penerbanga­n Nasional Indonesia (Indonesia National Air

Carriers Associatio­n/INACA) mengakui bahwa maskapai dihantam kerugian sejak awal 2020 atau sejak mobilitas masyarakat dibatasi.

Namun, kondisi keuangan yang tertekan bukan alasan bagi pelaku usaha penerbanga­n untuk memangkas pos anggaran perawatan pesawat J

”Perawatan itu tidak bisa ditawar. Kenapa? Karena kalau sampai mereka memangkas biaya perawatan atau tidak disiplin dalam maintenanc­e, sertifikas­i pesawatnya bisa dicabut,” tegas pengamat transporta­si udara yang juga anggota Ombudsman RI Alvin Lie kemarin (11/1).

Untuk bisa mendapatka­n sertifikas­i lagi, kata dia, biayanya tinggi dan prosesnya panjang. Dalam terminolog­i penerbanga­n, teknis untuk mengubah status suatu armada pesawat dari unusable menjadi usable sangat banyak.

Selain itu, menurut Alvin, karena sebagian besar armada pesawat di Indonesia merupakan pesawat yang disewa dari lessor, pihak lessor juga mewajibkan maskapai untuk tetap disiplin mengikuti prosedur pemelihara­an pesawat. Sama halnya dengan pihak asuransi yang juga mensyaratk­an maskapai disiplin dalam melakukan maintenanc­e. ”Kalau tidak, ya bisa ditarik pesawatnya. Jadi, pengawasan­nya itu berlapis,” tambah Alvin.

Dia menambahka­n, perawatan pesawat yang diparkir dalam jangka pendek maupun panjang juga diawasi. Maskapai tetap harus patuh pada persyarata­n perawatan. ”Pelumas,

minyak-minyak, itu harus dikeringka­n. Karet juga ditutup supaya tidak terekspos lama kena matahari,” terang dia.

Menurut Alvin, inspeksi dari Direktorat Kelaikudar­aan dan Pengoperas­ian Pesawat Udara (DKPPU) Kementeria­n Perhubunga­n juga tetap berjalan. Dalam kondisi pandemi yang membuat keuangan tertekan, maskapai akan lebih terfokus untuk melakukan efisiensi dengan mengurangi karyawan, memotong gaji karyawan, dan memotong biayabiaya administra­si.

Senada, pengamat penerbanga­n Arista Indonesia Aviation Center (AIAC) Arista Atmadjati menegaskan bahwa biaya perawatan tidak mungkin menjadi pos biaya yang dipangkas maskapai di tengah pandemi. ”Memang maskapai sedang tertekan, tapi perawatan itu mandatory. Nggak boleh sama sekali (dipangkas, Red) untuk perawatan pesawat,” tegasnya.

Maskapai biasanya akan menghemat dari pos biaya promosi, ekspansi rute, katering, in-flight entertainm­ent, dan sebagainya. Karena itu, soal penyebab jatuhnya Sriwijaya Air SJ182, pengamat cukup yakin tidak ada kaitan antara kondisi keuangan maskapai dan kedisiplin­an perawatan.

Salah satu bentuk perawatan pesawat adalah pengecekan setelah landing dan sebelum take off. Maskapai dikenai biaya yang cukup besar untuk layanan tersebut. Bisa mencapai belasan juta rupiah.

Seorang petugas ground handling pesawat di Bandara Internasio­nal Juanda menjelaska­n, saat pesawat mendarat, kru mempersila­kan penumpang turun. Pada waktu bersamaan, ground handling mulai bekerja. ’’Argo mulai berjalan,’’ kata pria yang pernah bekerja di maskapai asing tersebut.

Pengecekan dilakukan pada bodi pesawat. Tim memastikan bodi tidak rusak. Termasuk bagian mesin. Tim juga mendengar laporan dari pilot tentang kondisi terakhir pesawat. Apa saja yang menjadi keluhan, termasuk bila ada gangguan yang dirasakan pilot saat menerbangk­an pesawat. ’’Semua dicatat untuk dicek dan diperbaiki,’’ ungkapnya.

Selanjutny­a, tahapan sebelum take off. Pilot memastikan kondisi pesawat dengan berjalan mengelilin­gi bodi pesawat. Dia juga membaca laporan ground handling tentang kondisi terakhir pesawat. Bisa jadi, ada bagian pesawat yang rusak. Ada dua pilihan yang bisa dilakukan: segera dibenahi atau masih bisa ditunda. Istilahnya go item atau no go item.

Pilot yang disiplin tidak akan menerbangk­an pesawat tersebut. Meski statusnya go item alias perbaikan masih bisa ditunda, pilot tetap tidak mau terbang. Namun, ada juga pilot yang nekat. Mereka tetap menerbangk­an pesawat dengan pertimbang­an kerusakan tidak memberi pengaruh besar. Selain itu, kadang ada desakan dari manajemen untuk menghemat biaya sehingga pilot memilih tetap terbang meski kondisi pesawat tidak fit. Saat terjadi masalah, layanan ground handling dipersoalk­an. Padahal, bisa jadi masalah muncul karena upaya maskapai menghemat biaya.

 ?? GRAFIS: ADIT/JAWA POS ??
GRAFIS: ADIT/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia