Jawa Pos

Hari Itu, Tak seperti Biasanya, Oke Lupa Mengabari Keluarga

Cita-cita mempertaut­kan Fadly Satrianto dan Oke Dhurrotul Jannah di maskapai yang sama. Dan, tugas membawa mereka berada di pesawat Sriwijaya Air yang nahas.

- GRAFIS: HERLAMBANG BINTANG/JAWA POS

GELAR sarjana strata satu (S-1) hukum Universita­s Airlangga (Unair), Surabaya, sudah diraihnya pada 2015. Tapi, cita-cita lama Fadly Satrianto tak pernah padam: menjadi pilot

’’Sejak kecil dia memang ingin jadi pilot,” kenang Zumarzen Marzuki, ayah Fadly, saat ditemui Jawa Pos di kediamanny­a di kawasan Perak Barat, Surabaya.

Ratusan kilometer dari Surabaya, di Kabupaten Bandung Barat, Oke Dhurrotul Jannah juga lama memendam keinginan menjadi pramugari.

’’Dia sering menceritak­an soal cita-citanya (menjadi pramugari) itu,” kata Destri Nurhayati, salah seorang kerabatnya, kepada Radar Bandung.

Cita-cita itu mempertemu­kan mereka sebagai teman kerja di NAM Air. Fadly sebagai kopilot, Oke awak kabin.

Dan, pada Sabtu lalu (9/1), tugas dari kantor mengharusk­an mereka ke Pontianak menaiki Sriwijaya Air SJ182. Bersama mereka, ada empat kolega lain dari NAM Air yang berstatus sebagai extra crew di penerbanga­n Jakarta–Pontianak tersebut.

Dan, kemudian terjadilah tragedi itu. Empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Sriwijaya Air SJ182 yang dipiloti Kapten Afwan hilang kontak sebelum kemudian diduga kuat –didasarkan pada berbagai serpihan yang telah ditemukan sejauh ini– jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Marzuki shock. Ninik Andayani, istrinya, tak henti menangis. Pada Minggu lalu itu (10/1), air matanya kembali tumpah di bahu saudaranya, Arianti, setelah datang dari RS Bhayangkar­a, Surabaya, untuk menjalani tes DNA.

’’Sabtu pagi jam tujuh, Fadly masih menelepon ibunya, mengabari kalau mau ke Pontianak,” kata Marzuki.

Hari-hari ketika Fadly begitu bersemanga­t mengejar mimpinya menjadi pilot menggenang­i kembali benak Marzuki. ’’Sewaktu kuliah dia intens berkomunik­asi dengan teman SMA-nya yang sudah jadi pilot,” kata Marzuki tentang anak bungsunya dari tiga bersaudara itu.

Jadi, ketika selepas kuliah diterima di sekolah pendidikan NAM Air di Bangka Belitung selama kurang lebih 1,2 tahun, Marzuki masih mengingat betapa gembiranya sang anak.

’’Setelah itu ikut lagi simulator dan jadi kopilot di NAM Air,” lanjutnya.

Di Kampung Manglayang, RT 03/01, Desa Cihanjuang Rahayu, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Destri semula tak menyangka Oke ada di pesawat itu. ’’Kan kakak saya itu kerja di NAM Air, bukan Sriwijaya Air,” katanya.

Yang dia tidak tahu, Oke dan kelima koleganya mendapat tugas untuk membawa pesawat dari Pontianak ke rute lain. Karena banyak pihak yang mengontakn­ya menanyakan kebenaran nama sang kakak yang tercantum di manifes, Destri akhirnya mencoba untuk menelepon.

Tapi, gagal. Berkali-kali dia coba, tetap tak ada jawaban dari ponsel perempuan 23 tahun tersebut.

’’Dari situ cari tahu lagi dibantu keluarga dan benar memang kakak saya ada di pesawat itu,’’ tuturnya.

Civitas academica Unair juga turut berduka atas kepergian Fadly. Semasa kuliah, lajang 28 tahun itu dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dan bergabung dalam badan eksekutif mahasiswa (BEM) periode 2013–2014.

Tapi, aktivitas di organisasi itu tak sampai membuat pendidikan­nya terbengkal­ai. Kuliahnya bisa dia selesaikan dalam waktu 3,5 tahun.

’’Kami sangat berdukacit­a karena salah satu korban adalah bagian keluarga besar Unair. Juga berdukacit­a kepada seluruh korban lainnya,’’ kata Rektor Unair Prof Mohammad Nasih.

Eko Darmawan, kerabat Fadly, mengingatn­ya sebagai keponakan yang murah senyum, baik hati, dan perhatian kepada semua saudara. Sewaktu bertugas di Jakarta, Fadly cukup sering mampir di kediaman Eko.

”Makanya, dia itu selalu dikangeni sama keluarga di Jakarta. Karena perhatian dan peduli sama saudara,” ujar Eko.

Perhatian itu juga dia wujudkan dengan selalu memberikan kabar kepada orang tuanya di Surabaya tiap kali akan bertugas. Misalnya, Sabtu pagi lalu itu dia menelepon sang ibu.

Oke pun biasanya demikian. Tapi, entah kenapa pada Sabtu lalu itu dia lupa melakukann­ya. Sampai kemudian, keluarga menerima kabar yang merontokka­n hati itu.

 ?? RADAR BANDUNG ?? SHOCK: Zumarzen Marzuki memperliha­tkan foto anaknya, Fadly Satrianto. Foto kanan, Destri Nurhayati menunjukka­n foto Oke Dhurrotul Jannah. Fadly dan Oke bekerja di maskapai yang sama.
RADAR BANDUNG SHOCK: Zumarzen Marzuki memperliha­tkan foto anaknya, Fadly Satrianto. Foto kanan, Destri Nurhayati menunjukka­n foto Oke Dhurrotul Jannah. Fadly dan Oke bekerja di maskapai yang sama.
 ?? AZAMI RAMADHAN/JAWA POS ??
AZAMI RAMADHAN/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia