Ungkapkan Pendapat lewat One in Equality
SURABAYA, Jawa Pos – Masalah akan perbedaan yang masih terus terjadi di Indonesia semakin ke sini membuat pelukis muda Zeta Ranniry ingin mengkritisinya. Lewat karya lukis berjudul One in Equality, gadis 17 tahun itu mengungkapkan pendapatnya. Mengusung sosok pria tua, Zeta menggambarkan perbedaan yang terjadi di Indonesia.
Zeta bercerita melihat dunia lewat media sosial ternyata sudah semrawut. ”Isinya pertentangan semua. Dari berita, posting-an, bahkan sampai komen-komen, semua menganggap pendapatnya paling benar. ”Tapi, yang paling menjadi masalah itu akhirnya berujung pada perselisihan karena perbedaan pendapat,” ungkapnya. Dari hal tersebut, dia menggambarkan sosok orang dengan satu warna hitam putih di bagian kiri. Yang matanya d i t u t u p d e n g a n selendang emas. Satu lagi sosok orang yang digambarkan berwarna di bagian kanan dengan visualisasi membuka mata. ”Sosok yang matanya tertutup ini adalah pegambaran bagaimana orang-orang dengan pandangan sempit yang tertutup matanya oleh kebanggan diri. Selendang emas ini yang menggambarkan kebanggaan diri itu,” jelasnya.
Di sisi lain, sosok yang membuka mata, dia melanjutkan, adalah sosok yang bisa melihat hal-hal lainnya lebih bijaksana. ”Kalau di sosok yang hitam putih kan dia megang tali warna-warni yang ruwet yang mengartikan bahwa dirinya melihat perbedaan merupakan sebuah masalah yang akhirnya menjerat. Nah, di sosok ini, ketika dia membuka mata, tali itu akan tampak sewarna dan terurai dengan indah,” lanjutnya.
Darisitu,OneinEqualitydijelaskannya membawa pesan bahwa ketika kebanggan diri menutup mata seseorang, yang tampak hanyalah perbedaan dan keruwetan antara satu dan yang lain. ”Dari situ, saya ingin mengajak siapa pun yang meikmati karya ini untuk bisa memandang dari perspektif yang berbeda,” tuturnya.
Salah satunya dengan melepaskan superioritas sejenak dan menyadari bahwa sebenarnya kita semua itu sama atau equal. ”Jadi, jika kita mau membuka diri kita, maka segala perbedaan itu akan terasa sama,” imbuhnya. Dengan begitu, harapan dari perempuan yang masih duduk di bangku kelas 12 SMA tersebut adalah ingin sekali tidak ada perdebatan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.