Saatnya Dongkrak Komoditas Pangan Nonberas
Salah satu agenda besar pemprov pada 2021 adalah merealisasikan ketahanan pangan di Jatim. Salah satunya, melalui gerakan dengan menggunakan bahan pangan nonberas.
JAWA TIMUR merupakan salah satu provinsi yang menjadi barometer pertanian dan ketahanan pangan. Berdasar data dinas pertanian dan ketahanan pangan (DPKP), pada semester pertama 2020, Jawa Timur mengalami surplus beras lebih dari 2 juta ton. Jumlah itu cukup besar. Bahkan, beberapa kabupaten/kota di Jatim menjadi lumbung beras.
Namun, ada satu hal yang menjadi atensi Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Selama ini masyarakat bergantung pada beras. ”Komoditas bahan pangan yang berkembang di Jawa Timur adalah beras,” katanya.
Orang nomor satu di Jatim itu menyebutkan, pemahaman tersebut harus diubah. Pemprov ingin menanamkan kepada masyarakat bahwa bahan pangan juga bisa berasal dari jagung, singkong, dan beberapa bahan pokok lainnya. Karena itu, sudah waktunya dimulai kampanye diversifikasi pangan.
Perubahan mindset itu penting. Selain membuat masyarakat tidak hanya bergantung pada beras, komoditas bahan pangan bisa ikut terdongkrak. Dengan demikian, kesejahteraan petani bisa lebih baik. ”Produk mereka menjadi laku karena dibutuhkan masyarakat,” katanya.
Kepala DPKP Jatim Hadi Sulistyo menjelaskan, sejauh ini ketahanan pangan masih berfokus pada beras. ”Di Jawa Timur, ada 1,2 juta hektare lahan yang ditanami padi,” katanya.
Meski sudah surplus beras, ketahanan pangan dituntut menghadirkan bahan pangan alternatif. Dengan begitu, kebutuhan masyarakat tidak tertuju pada satu komoditas.
Diversifikasi pangan juga penting untuk mengantisipasi oknum yang sering memainkan harga pasar. ”Mereka tidak bisa beraksi karena banyak komoditas alternatif yang bisa dikonsumsi masyarakat,” katanya.
Selain gerakan diversifikasi pangan, DPKP saat ini tengah berfokus memantau lahanlahan pertanian di tengah situasi cuaca yang tak menentu.
”Utamanya, di masa dampak La Nina,’’ ungkapnya.
Pemerintah provinsi sudah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memperhatikan kondisi pertanian di wilayahnya. Terutama, daerah yang rawan terjadi bencana. ”Kami pastikan mereka sudah menyiapkan langkah mitigasi,” ucapnya.
Langkah mitigasi itu berupa pemilihan benih yang ditanam. Idealnya, benih yang ditanam tersebut tidak mudah hanyut oleh air. Dengan begitu, bencana banjir tidak menjadi ancaman yang signifikan.
Di Jawa Timur, ada 1,2 juta hektare lahan yang ditanami padi.”
HADI SULISTYO Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan