Jawa Pos

Plt Wali Kota Turut Bangga, Santunan buat Bangun Masjid

Fadly Satrianto, kopilot NAM Air, memang telah dimakamkan. Namun, upayanya mewujudkan citacita bisa dijadikan teladan. Punya keinginan dan komitmen yang kuat.

- AZAMI RAMADHAN,

Jawa Pos

KESEDIHAN dan rasa kehilangan begitu kuat ketika mendengar kabar jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182. Pesawat jenis Boeing 737-524 itu jatuh di Kepulauan Seribu. Bertolak dari Jakarta menuju Pontianak dengan membawa 62 orang yang terdiri atas 50 penumpang (40 dewasa, 7 anak-anak, dan 3 bayi) serta 12 kru. Lalu, hilang kontak pada pukul 14.40 di Sabtu kelabu (9/1). Pesawat akhirnya ditemukan jatuh di daerah Kepulauan Seribu.

Salah seorang penumpang di pesawat itu adalah Fadly Satrianto, kopilot maskapai NAM Air. Pria 28 tahun tersebut hendak terbang bersama kelima rekannya untuk menunaikan tugas dari NAM Air. Dia akan menerbangk­an pesawat dari Pontianak ke daerah yang dituju. Nahas, dia mengalami musibah dalam perjalanan tersebut.

Duka yang dialami keluarga juga dirasakan semua orang. Termasuk keluarga besarnya di Surabaya. Pencarian pun dilakukan. Tim SAR gabungan dari berbagai instansi dan organisasi dikerahkan. Bahkan selama pencarian, tim SAR gabungan berhasil mengevakua­si 298 kantong human body remain, 54 kantong serpihan pesawat, dan 51 potongan besar bagian pesawat

J

Tim Disaster Victim Identifica­tion (DVI) juga berhasil mengidenti­fikasi jenazah Fadly Satrianto, warga Jalan Tanjung Pinang, Perak Barat, Surabaya. Hingga akhirnya jenazah alumnus Fakultas Hukum Unair itu dimakamkan pada Jumat (15/1) di pemakaman Keputih, Sukolilo, Surabaya Timur.

Bagi Sumarzen Marzuki, ayah Fadly, keberhasil­an proses identifika­si itu cukup melegakan. Cepatnya proses identifika­si tersebut merupakan buah dari inisiatifn­ya untuk menyerahka­n DNA ibu Fadly, Nanik Andayani, kepada polisi melalui RS Bhayangkar­a Polda Jatim.

Menurut Sumarzen Marzuki, putra ketiganya tersebut sejak kecil memang ingin menjadi pilot. Hal itu makin kuat ketika Fadly kerap berkomunik­asi dengan teman-temannya yang sudah menjadi pilot.

Hingga dia memutuskan untuk mengikuti sekolah penerbanga­n di Bangka Belitung selama satu tahun dua bulan. Juga melanjutka­n pendidikan simulator yang membuatnya menjadi kopilot NAM Air.

Padahal, Fadly sudah lulus dari Fakultas Hukum Unair. Selama menjadi mahasiswa, Fadly juga tergolong sosok yang rajin berorganis­asi. Sampai-sampai almamatern­ya punya kenangan yang khusus terhadap Fadly.

”Kami berharap anak kami ini gugur. Syahid. Karena sedang menunaikan tugasnya sebagai kopilot NAM Air,” ungkapnya. ”Tolong maafkan kalau anak saya ada salah-salah. Mari kita doakan agar Fadly diterima di sisi-Nya,” imbuh Sumarzen.

Saat peti jenazah hendak diangkat ke kendaraan menuju pemakaman, Nanik Andayani, ibunda Fadly Satrianto, tampak berat melepas kepergian putranya itu. Air matanya tumpah di peti jenazah. Pelukannya ke peti jenazah Fadly memperliha­tkan begitu besar kasih sayangnya.

Di samping itu, Jasa Raharja telah menyerahka­n santunan kepada keluarga korban kecelakaan Sriwijaya Air SJ182, termasuk Fadly Satrianto, sebesar Rp 50 juta. Kedatangan Jasa Raharja disambut keluarga Fadly.

Saat menerima santunan itu, terlontar keinginan dari ibunda Fadly, Nanik Andayani. Dengan lirih, Nanik mengatakan bahwa santunan tersebut rencananya d i s u m b a n g k a n u n t u k pembanguna­n masjid.

”Buat membangun masjid, buat membangun masjid,” ucap Nanik terisak saat perwakilan Jasa Raharja Cabang Jatim secara simbolis menyerahka­n santunan di kediaman keluarga Fadly Satrianto, Rabu (13/1).

Nanik menahan air matanya. Sesekali dia mengusap air mata dengan sebuah tisu yang dia genggam. Beberapa kali dia dikuatkan sang suami Sumarzen Marzuki. Dia tak banyak bicara.

Sumarzen juga menyampaik­an rasa terima kasih atas santunan dari Jasa Raharja tersebut. ”Saya dari pihak keluarga berterima kasih,” ujarnya.

Doa untuk Fadly tidak hentihenti­nya terucap. Surabaya juga patut berbangga padamu, Fadly. Seperti yang disampaika­n Whisnu Sakti Buana, Plt wali kota Surabaya yang turut mengikuti proses penyerahan jenazah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air pada Jumat (15/1).

Whisnu berharap dengan adanya kejadian yang menimpa Fadly, anak-anak Surabaya tak boleh patah arang untuk menggapai cita-cita menjadi pilot. Menurut Whisnu, Fadly merupakan salah satu warga Kota Surabaya yang patut dibanggaka­n.

Selama ini, Pemkot Surabaya memang berupaya mewujudkan cita-cita anak-anak Surabaya setinggi langit. Salah satunya memberikan beasiswa untuk menjadi pilot. Fadly memang bukan peraih beasiswa itu. Namun, keinginann­ya untuk menjadi pilot meski telah mengantong­i sarjana hukum dari Universita­s Airlangga cukup membanggak­an.

 ?? ROBERTUS RIZKY/JAWA POS ?? KEBANGGAAN ORANG TUA: Jenazah Fadly Satrianto, kopilot NAM Air, saat akan dimakamkan di TPU Keputih. Fadly bercita-cita menjadi pilot sejak SMA.
ROBERTUS RIZKY/JAWA POS KEBANGGAAN ORANG TUA: Jenazah Fadly Satrianto, kopilot NAM Air, saat akan dimakamkan di TPU Keputih. Fadly bercita-cita menjadi pilot sejak SMA.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia