Bantu Permodalan UMKM lewat Mekaar
PANDEMI menjadi tantangan bagi semua pihak dalam mengelola ekonomi keluarga. Dampaknya bisa jauh lebih berat bagi perempuan, khususnya yang bekerja dari rumah, karena mereka menanggung beban ganda selama masa pandemi. ’’Mereka harus menghadapi work from
home (WFH) dengan tetap mengurus pekerjaan rumah dan membantu anakanak sekolah melalui internet. Ini tidak pernah dilakukan sebelumnya,’’ ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Banyak perempuan yang kehilangan pekerjaan selama pandemi, terutama di sektor pariwisata dan UMKM. Data Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sebanyak 623.407 pekerja perempuan dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pekerja perempuan juga mengalami kesenjangan upah. Padahal, lanjut Ani, sapaan Sri Mulyani, beban kerja yang ditanggung perempuan sama beratnya dengan laki-laki.
Berdasar temuan global, tingkat kekerasan dalam rumah tangga pun melonjak. Akibatnya, banyak perempuan yang menjadi korban. Dengan demikian, pandemi Covid-19 tak hanya berimbas pada sisi kesejahteraan, tapi juga mental masyarakat.
Ani menyatakan, anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) telah didesain dengan manfaat yang lebih besar untuk perempuan. Hal itu juga dilakukan untuk mengatasi dampak Covid-19 yang asimetris. ’’Dukungan yang diberikan pemerintah untuk pemulihan ekonomi nasional, secara langsung dan tidak langsung, targetnya perempuan,’’ tuturnya.
Lebih dari 90 persen bantuan sosial program keluarga harapan (PKH) diterima perempuan sebagai kepala keluarga. Pada 2020, pemerintah mengalokasikan dana Rp 220,39 triliun untuk perlindungan sosial.
Di samping itu, lanjut Ani, bantuan permodalan UMKM melalui program Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera) juga banyak digelontorkan kepada perempuan. Indonesia mempunyai 53,76 persen UMKM yang dimiliki perempuan dan 97 persen karyawannya juga perempuan. Bantuan permodalan UMKM itu diharapkan bisa menguatkan perekonomian masyarakat di masa pandemi.