Jawa Pos

Kebijakan Countercyc­lical Larangan Mudik

-

LARANGAN untuk mudik saat Lebaran kembali dikeluarka­n pemerintah tahun ini. Kebijakan tersebut berpotensi menekan tingkat konsumsi masyarakat. Pelaku usaha di daerah dan kegiatan pariwisata juga diprediksi mengalami dampak negatifnya.

Bilakebija­kanitubers­ifatstand-alone atau tidak disertai kebijakan countercyc­lical atau kebijakan yang sifatnya mendongkra­k konsumsi, mungkin demand pasar akan stagnan

Padahal, saat ini yang sangat diperlukan adalah kebijakan yang dapat menggenjot tingkat konsumsi masyarakat.

Kami berusaha memahami, dengan kebijakan larangan mudik, pemerintah ingin mengendali­kan persebaran Covid-19. Namun, di sisi lain, kebijakan itu tentu memengaruh­i tingkat konsumsi masyarakat. Dan, yang akan paling banyak mengalami dampak negatif adalah kegiatan pariwisata di daerah dan pelaku-pelaku usaha yang biasanya diuntungka­n momen Lebaran. Sebut saja jasa pariwisata, jasa transporta­si, hotel, dan lain sebagainya. Saat ini pun sebetulnya mereka struggling untuk survive.

Dengan sendirinya akan tercipta disparitas atau ketimpanga­n kecepatan pemulihan ekonomi yang lebih tinggi antarsekto­r dan antardaera­h di Indonesia. Sebab, sektor dan daerah yang umumnya memanfaatk­an momen Lebaran dan mudik untuk meningkatk­an pendapatan akan kehilangan potensi revenue akibat kebijakan tersebut.

Seperti yang sudah disebutkan, kebijakan larangan mudik perlu disertai dengan kebijakan countercyc­lical. Bagaimanap­un, potensi pemulihan dengan larangan mudik tidak akan cukup besar bila dibandingk­an dengan potensi percepatan pemulihan ekonomi yang bisa diciptakan oleh adanya arus mudik.

Dengan kebijakan pencairan bansos, misalnya, kami rasa ada peluang demand domestik yang bisa didongkrak lebih tinggi. Itu berdasar pengamatan kami tahun lalu. Pencairan bansos yang gencar pada kuartal ketiga 2020 sangat signifikan meningkatk­an demand pasar domestik pada periode tersebut. Efek positifnya juga tecermin pada perbaikan tingkat pertumbuha­n penjualan ritel.

Kami berharap hal yang sama bisa terjadi tahun ini. Apalagi, kami perkirakan jumlah perusahaan yang mengajukan penundaan pembayaran tunjangan hari raya (THR) tidak sebanyak tahun lalu. Sebab, kinerja ekonomi kita saat ini secara keseluruha­n lebih baik jika dibandingk­an dengan kinerja kuartal kedua 2020. Kondisi krisis cashflow di perusahaan pun lebih manageable daripada tahun lalu. Meski mungkin masih ada perusahaan yang perlu meminta penangguha­n THR, kami rasa secara umum daya beli masyarakat bisa lebih tinggi daripada tahun lalu dan dapat memicu konsumsi lebih tinggi.

Kita tetap harus memaksimal­kan momentum ini untuk peningkata­n demand dan kegiatan ekonomi masyarakat. Kegiatan ekonomi tidak akan berhenti meski masyarakat tidak mudik. Jadi, masih banyak kesempatan untuk mendongkra­k konsumsi, baik dari sisi supply dengan bansos dan pencairan THR maupun dari sisi demand dengan promosi penjualan, online retail, wisata di daerah suburban, dan lainnya.

Karena itu, kami harap pemerintah bisa mengatur timing pencairan bansos agar dapat lancar di seputar masa Lebaran. Pengendali­an pandemi pun tetap harus diperhatik­an agar trennya terus turun dan semakin minim menjelang musim Lebaran. Dengan begitu, masyarakat bisa lebih bebas melakukan kegiatan ekonomi di daerah tempat tinggalnya atau daerah sekitarnya dengan wisata lokal.

Dari sisi pelaku usaha, kami yakin akan ada upaya untuk menggerakk­an konsumsi. Bila seluruh effort itu bisa dilakukan secara bersama-sama, kami cukup positif kita tidak akan kehilangan momentum konsumsi dan momentum percepatan pemulihan ekonomi pada musim Lebaran.

Disarikan dari wawancara dengan wartawan Jawa Pos Agfi Sagittian

 ?? TAGANA FLORES TIMUR FOR TIMOR EXPRESS ?? TERPAKSA MENGUNGSI: Puluhan rumah warga di empat kecamatan di Flores Timur hanyut terseret banjir bandang kemarin.
TAGANA FLORES TIMUR FOR TIMOR EXPRESS TERPAKSA MENGUNGSI: Puluhan rumah warga di empat kecamatan di Flores Timur hanyut terseret banjir bandang kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia