Telur Paskah Simbol Menentang Militer
Aksi Senyap, Warga Myanmar Pilih Mogok Kerja
YANGON, Jawa Pos – Biasanya, telur paskah dihias dengan indah. Tapi pada perayaan tahun ini, penduduk Myanmar memilih cara yang berbeda. Telur-telur tersebut dijadikan simbol untuk menentang junta militer. Ia kemarin (4/4) dihias dengan berbagai simbol dan tulisan bernada perlawanan.
Gambar salam tiga jari atau three fingers salute paling mendominasi. Disusul lukisan Pemimpin Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi, tulisan menuntut demokrasi, penghormatan kepada para korban meninggal, dan berbagai kecaman pada militer. ’’Pergilah MAH,’’ bunyi salah satu tulisan di telur paskah. Itu merujuk pada pemimpin junta militer Min Aung Hlaing (MAH).
Sejatinya, tak banyak orang yang merayakan paskah di Myanmar. Mayoritas penduduk beragama Buddha. Tapi, tahun ini mereka yang menganut Buddha pun ikut menghias telur-telur paskah. Sebagian telur itu dibawa dalam aksi turun ke jalan, sebagian lainnya dibagi-bagikan.
’’Saya beragama Buddha, tetapi saya bergabung dengan kampanye ini karena lebih mudah menyuarakan lewat telur. Saya berdoa agar Myanmar kembali ke demokrasi,’’ ujar seorang demonstran di Yangon seperti dikutip Agence France-Presse.
Penduduk Myanmar sudah melakukan berbagai cara untuk menentang penguasa. Asosiasi Pendampingan Tahanan Politik atau AAPP mengungkapkan, hingga Sabtu (3/4) korban tewas sejak kudeta mencapai 557 orang. Selain itu, 2.658 orang ditangkap di berbagai penjuru negeri. Empat perempuan dan seorang lelaki yang diwawancarai CNN di jalanan Yangon pekan lalu juga ikut ditahan.
Saat ini militer menyasar selebriti yang mendukung gerakan rakyat. Sepanjang akhir pekan pemerintah mengeluarkan surat perintah penahanan kepada 40 orang influencer di media sosial, penyanyi, model, dan artis lainnya. Sebagian besar kini bersembunyi.
Penduduk yang tidak ikut turun ke jalan memilih perjuangan secara senyap dengan mogok kerja. Ada puluhan ribu pekerja yang mogok selama dua bulan terakhir. Mereka terdiri atas pegawai bank, dokter, teknisi, pegawai bea cukai, pegawai pelabuhan, staf perkeretaapian, pegawai bandara, pekerja tekstil, dan yang lainnya. Harapannya, kelumpuhan ekonomi akan membuat para petinggi militer menyerah.
’’Kami tidak ikut turun ke jalan. Kami terlalu takut untuk berada di daftar militer dan ditangkap. Revolusi kami adalah dalam diam,’’ terang Aye, salah seorang pegawai bank di Yangon. Dia mengaku tidak memiliki uang lagi, tapi tidak mau menyerah dengan masuk kerja.
Aksi mogok kerja itu benar-benar memukul perekonomian Myanmar yang sudah terpuruk karena pandemi Covid-19. Bank Dunia bahkan memperkirakan ada kontraksi 10 persen pada produk domestik bruto (PDB) 2021. ’’Junta tidak siap dengan perlawanan semacam ini,’’ tegas Direktur Wilayah Asia French Institute of International Relations (Ifri) Francoise Nicolas.
Pemogokan pegawai bank membuat mesin-mesin ATM kosong dan perusahaan kesulitan untuk membayar pegawai. Sektor tekstil yang memiliki lebih dari 500 ribu pegawai telah kolaps. Perusahaan besar seperti H&M dan Benetton berhenti mengambil kain dari Myanmar. Perusahaan Tiongkok di Myanmar juga telah dibakar massa.