Pendam yang Lama, Pasang Nisan yang Baru
Sejarawan Minta Nisan Asli Disimpan di Museum
SURABAYA, Jawa Pos - Haul Ke-544 Sunan Ampel yang berlangsung Sabtu (3/4) berjalan lancar dan terbatas. Tidak lebih dari 150 undangan laki-laki dan 30 undangan perempuan yang hadir. Bahkan, kawasan religi Ampel itu ditutup bagi para jamaah yang akan memasuki kawasan tersebut.
Kemarin (4/4) aktivitas ziarah kembali dibuka setelah selama Jumat dan Sabtu lokasi tersebut steril dari peziarah. Pengunjung pun memadati kawasan tersebut. Bahkan, sesekali terdengar imbauan dari pengeras suara agar semua orang mematuhi protokol kesehatan dan tetap menggunakan masker selama berada di lokasi.
Namun, ada yang tampak berbeda di kompleks Makam Sunan Ampel itu. Kijing (batu yang mengelilingi makam) dan nisan Sunan Ampel terlihat lebih tinggi dan rapi. Bahkan, tertutupi dengan payung kembang melati sehingga muncul dugaan bahwa nisan Makam Sunan Ampel dipugar dan diganti yang baru.
Menurut Abdi Sunan Makam Sunan Ampel M. Hidayat, kijing dan nisan makam Sunan Ampel yang asli tetap ada, tetapi terpendam sehingga tak terlihat oleh peziarah. Sebab, sepekan sebelum haul Sunan Ampel, makam tersebut diperbaiki. ”Itu yang asli masih ada. Hanya ditambahkan. Jadi, tidak dibongkar,” kata Hidayat.
Dia mengungkapkan bahwa abdi sunan dan pengelola kawasan makam Sunan Ampel pun tidak mungkin mengubah atau melepas batu nisan yang sudah lama ada. Bagi dia, nisan tersebut justru harus dijaga. ”Nisan itu cagar budaya. Jadi, tidak mungkin jika diganti atau dilepas. Bisa kualat,” ujarnya. Menurut dia, keinginan untuk memperbagus nisan kijing itu datang dari jamaah langsung.
Tetap saja tindakan tersebut membuat sejarawan kecewa. Sejarawan Unair Adrian Perkasa menjelaskan bahwa perawatan tidak harus diwujudkan dengan penggantian cagar budaya, tetapi juga menyimpan benda secara serius. ”Jadi, yang asli tidak boleh dilupakan,” katanya. Menurut dia, nisan asli sebaiknya tetap dipasang. Sebab, keberadaannya tidak sekadar menjadi simbol sejarah Islam, tetapi juga mengandung ilmu pengetahuan. Menurut Adrian, keunikan bentuk nisan merupakan kelebihan tersendiri bagi kompleks makam Ampel. ”Itu bukan sekadar tanda kematian, melainkan juga karya seni pada zamannya,” tegasnya. Di Ampel, banyak bentuk nisan yang memang tidak sama. Ada yang modelnya sederhana. Namun, ada juga yang dibuat khas Belanda dengan ciri khas kolonial dan tulisan tahunnya.
Adrian menilai harusnya nisan tidak dipendam. ”Itu salah. Kalau dicat lagi, tambah salah. Yang benar, diamankan di museum, masjid, atau dititipkan pada bagian yang berwenang,” katanya memberikan masukan.