Surati Gubernur Tolak Monumen Mastrip
SURABAYA, Jawa Pos – Paguyuban Mastrip Jatim berencana mengirim surat ke Gubernur Jatim terkait patung Mastrip di Jalan Gunungsari. Mereka menolak patung tersebut. Sekaligus verifikasi bahwa mereka tidak terlibat dalam proyek pembangunan.
Ketua Umum Mastrip Destry Damayanti meminta agar patung tersebut direvisi. Terutama bagian wajah dan tangan yang tidak proporsional. ’’Wajahnya tidak mencerminkan pelajar,’’ ucap perempuan yang menjabat deputi gubernur senior Bank Indonesia itu. Dia meminta agar patung dibuat sesuai kondisi. Selama proses pengerjaan patung, pematung diminta bekerja sama dengan TRIP wilayah.
Proses pembuatan patung, terutama patung yang menggambarkan sosok pahlawan, harus serius dan presisi. Itu merupakan bentuk generasi penerus menghargai jasa pahlawan.
Ketua Paguyuban Mastrip Jatim PD Surabaya Andi Kristyono menjabarkan, pihaknya akan berkirim surat ke gubernur. Ada dua poin yang akan disampaikan paguyuban anak cucu pejuang TRIP itu. Pertama, mereka menolak patung yang telah jadi saat ini. Sebab, pengerjaannya tidak sesuai dengan kondisi TRIP yang berjuang di masa pelajar. Kedua, peguyuban ingin memastikan bahwa dalam proyek tersebut mereka tidak terlibat dan dilibatkan.
’’Jadi kalau ada yang bilang proyek ini adalah proyek TRIP Jatim, itu tidak benar,’’ jelasnya. Sebab, Andi sebagai ketua tidak pernah diajak berembuk saat proses pembangunan patung tersebut. Disinggung soal adanya orang TRIP, Andi menyebut itu merupakan oknum yang saat ini sedang diproses oleh paguyuban.
Isu mengenai patung Mastrip memang simpang siur. Pengerjaannya molor karena ada dugaan penyelewenagan anggaran. Saat patung dikerjakan, uang tidak segera diberikan. Namun, dana diberikan secara bertahap. Tim Pengawas Bangunan PU Jatim Wawan mengatakan, terkait wujud bangunan patung, pihaknya tidak bertanggung jawab. Itu terkait dengan penilaian penyelesaian. ’’Kami bertanggung jawab menyelesaikan bangunan fondasi patung. Tapi kalau patungnya sendiri lain,’’ ucapnya. Untuk kondisi patung itu, penilaiannya dalam bentuk seni. Berbeda halnya dengan bangunan konstruksi yang bisa diukur.
Disinggung soal peresmian, Wawan mengatakan akan menunggu persetujuan Paguyuban Mastrip. ’’Kalau disetujui, ya nanti kami laporkan agar segera diresmikan,’’ jelasnya.