Selamat Datang Para ”Sultan”
Pamor Liga 2 di tanah air bakal meroket. Sebab, ada sejumlah klub yang mendadak berstatus klub ”sultan”. Pasalnya, klub-klub tersebut diakuisisi investor kakap. Ya, pemilik dan pengelola klub-klub ”sultan” itu bukan orang sembarangan. RANS Cilegon FC misalnya.
Tak ada angin tak ada hujan, artis dan presenter kenamaan Raffi Ahmad tiba-tiba mengejutkan publik sepak bola nasional. Dia mengumumkan pembelian saham Cilegon United. Nama klub pun berubah menjadi RANS (Raffi Ahmad Nagita Slavina) Cilegon FC. Raffi tak sendirian. Dia menggandeng Presiden Direktur Prestige Motorcars Rudy Salim dan Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia Dony Oskaria.
Klub ”sultan” berikutnya adalah Dewa United. Klub yang dulu bernama Martapura FC tersebut dimiliki tiga sosok tajir. Mereka adalah Mahendra Agakhan Thohir, Garibaldi Thohir, dan Kevin Hardiman. Jangan lupakan pula kiprah Persis Solo. Tak tanggung-tanggung, 40 persen saham klub berjuluk Laskar Samber Nyawa itu dimiliki Kaesang Pangarep, yang tak lain adalah putra Presiden Joko Widodo.
Nah, kehadiran sosok-sosok tajir dan beken tentu menjadi angin segar bagi Liga 2. Sebab, jika kompetisi sepak bola nasional kembali bergulir, Liga 2 bakal punya daya tarik yang tak kalah kuat dibandingkan Liga 1. Dan yang paling ditunggu adalah pertarungan para ”sultan” yang menjadi pengelola klubklub kasta kedua. Sebab, meski belum ada kejelasan soal status kompetisi, klub-klub milik ”sultan” itu sudah melakukan persiapan. Dana ratusan miliar rupiah pun siap mereka gelontorkan untuk persiapan kompetisi. Sekaligus membangun fondasi serta infrastruktur untuk pengembangan sepak bola.
Tak hanya soal persaingan. Suporter klub para ”sultan” tentu juga berharap klub kesayangannya dikelola secara serius dan profesional. Jadi, bukan menjadi ajang mencari popularitas atau untuk tujuan politik praktis. Sebab, perpindahan kepemilikan klub sepak bola adalah hal yang biasa dalam industri olahraga. Namun bakal memunculkan persoalan kalau pihak yang mengakuisisi punya kepentingan di luar olahraga.
Di sisi lain, kalau niat para ”sultan” itu benarbenar tulus ingin membantu membangkitkan gairah dan prestasi sepak bola nasional, mereka perlu didampingi orang-orang yang paham betul soal rimba raya sepak bola Indonesia. Mereka harus paham bahwa menjadi pemilik klub sepak bola di Indonesia itu harus siap merugi. Sebab, siapa pun tahu, belum banyak klub di tanah air yang bisa mendapat keuntungan dari sepak bola. Bahkan, hampir semua klub menggantungkan biaya operasional dari subsidi PSSI dan sponsor.