Jawa Pos

Ingin Benahi Pendidikan dengan Ajari Siswa Berpikir Kritis

Saat ingin membenahi pendidikan, benahilah dasarnya dulu. Begitu menurut Maya Devi Kusumadjaj­a, pembimbing penelitian siswa untuk lomba dari IPH Schools. Lewat ketelatena­nnya membimbing muridmurid di sekolah dasar hingga menengah ke atas itu, dia berhasil

- MARIYAMA DINA,

”DULU Bu Maya yang bikin aku menang. Sekarang gantian aku yang membuat Bu Maya menang,” tiru Maya menceritak­an antusiasme murid-muridnya menulis esai tentangnya. Maya memang bukan wali kelas yang selalu dekat dengan muridmurid­nya setiap hari. Bukan pula guru yang selalu memberikan nilai-nilai tinggi di setiap rapor mereka.

Namun, perempuan kelahiran 27 Februari 1967 itu telah banyak membantu murid-muridnya meraih juara dalam penelitian. Mengajari mereka berpikir kritis sejak belia hingga membuat mereka bisa memutuskan apa yang menjadi passion-nya dalam mempelajar­i sesuatu.

Murid-murid yang telah dibimbingn­ya dalam membuat sebuah penelitian di IPH Schools tempatnya mengajar sejak 2006 itu mengantark­annya masuk dalam Top 60 Dedicated Teacher Awards 2021. Award yang diadakan Cambridge University

Press tersebut menjadi salah satu penghargaa­n yang membanggak­an. Sebab, hanya muridmurid yang pernah diajar sang guru yang bisa merekomend­asikannya untuk masuk dalam nominasi. Mereka harus menulis esai sepanjang 150 kata mengenai pengalaman selama dibimbing guru tersebut.

Esai itu juga harus ditulis dalam bahasa Inggris karena skalanya adalah internasio­nal. Dan, untuk bisa masuk dalam top 60, dia harus mengalahka­n ribuan guru lainnya dari 112 negara di dunia. ”Dari top 60 itu, nanti keluar enam juara pada akhir April nanti,” jelasnya.

Namun, esai tentang 60 guru yang terpilih sudah pasti masuk dalam e-book yang dikeluarka­n Cambridge University Press. ”E-book itu nanti ibaratnya kayak profil guru-guru yang sudah terpilih. Tapi, tulisannya dari esai yang ditulis murid kita tadi,” katanya

Tujuannya, bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi guru-guru lain di seluruh dunia. Di antara empat murid Maya yang mengirim esai, Edward Pandji terpilih untuk menuliskan profil Maya. Di esai tersebut, siswa yang masih duduk di bangku kelas XII itu menceritak­an bahwa pandangann­ya soal sains berubah saat dibimbing Maya. Dari yang awalnya hanya belajar untuk mendapatka­n nilai bagus sampai memahami. Bahkan, lewat sains, dia menjadi orang yang bisa berguna bagi orang lain.

”Saya sebenarnya enggak menyangka anak-anak bisa nulis kayak gitu,” ungkapnya. Maya sangat terharu dengan setiap tulisan yang dikirimkan murid-muridnya tersebut. ”Memang, kalau apa yang dirasakan kemudian ditulis dengan jelas dan bisa dibaca kayak gini, bikin sangat terharu,” terangnya.

Lebih haru lagi saat perempuan lulusan S-2 Sekolah Tinggi Teologi Bethany itu baru bisa membaca tulisan anak-anak didiknya tersebut setelah tulisan mereka di-submit. Sebab, memang dia tidak tahu apa yang mereka tuliskan sebelum namanya masuk dalam top 60. Bahkan, awalnya dia tidak tahu soal ajang tersebut.

Cerita bermula saat kepala sekolah mereka membagikan informasi tersebut kepada murid-muridnya. Untuk bisa masuk dalam top 60 pun, dia tidak pernah menyangka. ”Sebenarnya saya bisa baca esai anak-anak aja sudah seneng banget,” kata ibu tiga anak tersebut. Sebab, dia jadi menyadari bahwa kerja kerasnya selama ini ternyata memang sangat berarti bagi mereka.

Maya yang memang hanya berfokus membimbing siswa melakukan penelitian mengakui bahwa memberikan bimbingan selama penelitian itu lebih berat daripada mengajar salah satu mata pelajaran di kelas. ”Soalnya, lewat penelitian, saya juga harus bisa membimbing anak-anak buat berpikir kritis dan saintifik,” ujarnya. Padahal, mereka masih anak-anak SD, SMP, dan SMA.

Namun, itulah tantangan yang sangat disukainya. Dari penelitian pertama ke penelitian berikutnya, cara berpikir anakanakny­a sudah langsung berubah. ”Lebih kritis lagi meski penelitian­nya tidak berat,” ungkapnya. Dari situ, secara tidak langsung, Maya berhasil mencapai apa yang diharapkan­nya saat memutuskan untuk tidak menjadi dosen lagi. Yakni, membenahi pendidikan dari dasar.

 ?? ALFIAN RIZAL/JAWA POS ?? BERKAT SISWA: Maya Devi Kusumadjaj­a adalah sosok yang telaten mengajak siswanya giat mempelajar­i ilmu pengetahua­n alam.
ALFIAN RIZAL/JAWA POS BERKAT SISWA: Maya Devi Kusumadjaj­a adalah sosok yang telaten mengajak siswanya giat mempelajar­i ilmu pengetahua­n alam.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia