Segera Petakan dan Selamatkan Artefak
Langkah Lanjutan Pendaftaran Jalur Rempah ke UNESCO
SURABAYA, Jawa Pos – Menindaklanjuti kunjungan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid ke kawasan kota tua pada Selasa (6/4), anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya Purnawan Basundoro menyatakan bahwa upaya agar Surabaya diakui sebagai salah satu simpul jalur rempah terbilang tepat. Sebab, dulu Kota Surabaya berperan aktif dalam jaringan perdagangan rempah. Bahkan, kiprah Surabaya saat itu tertulis di berbagai buku sejarah. ”Situasi perdagangan saat itu sempat dirulis Tome Pires dalam buku Suma Oriental,” jelasnya kemarin (7/4).
Dia menjelaskan, Tome Pires merupakan warga kebangsaan Portugis yang mencatat perjalanannya ke kawasan Asia. Tome membuat tulisan tentang kota yang disinggahi. Mayoritas adalah kota dagang dalam jaringan perdagangan internasional. ”Dia juga menceritakan Kota Surabaya kok. Jadi, nanti pemkot perlu menggali peran Kota Surabaya dalam perdagangan rempah secara komprehensif,” tuturnya. Termasuk komoditas yang diperdagangkan, para pelaku perdagangan, peralatan, bentuk transportasi, cara jual beli, dan alat-alat pembayarannya.
Penggiat sejarah komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo menuturkan, upaya menjadikan Surabaya sebagai jalur rempah dunia perlu didukung dan disukseskan bersama. Menurut dia, langkah awal yang perlu dilakukan adalah menggalang kolaborasi lintas sektor. Termasuk masyarakat secara keseluruhan. ”Semua elemen harus dilibatkan. Bukan hanya komunitas, akademisi juga perlu terlibat,” katanya kemarin.
Kuncarsono mengungkapkan, pemkot perlu memetakan lebih detail kawasan yang dulu menjadi jalur rempah tersebut. Jadi, saat organisasi PBB UNESCO datang ke Surabaya, peninjauan dapat terlaksana dengan baik.
Dibutuhkan waktu tiga tahun untuk mempersiapkan semua itu. Terhitung sejak Surabaya didaftarkan ke UNESCO terkait dengan jalur perdagangan rempah pada akhir 2020. Dia menganggap perlu ada badan khusus pengelolaan kawasan seperti di Jakarta dan Semarang. Badan tersebut bertugas mengelola kawasan lawas di Surabaya.
Saat berkunjung, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid sempat menelusuri bagian kecil dari klaster administrasi. Ada klaster lain yang perlu diperdalam, yakni klaster pergudangan dan pelabuhan. Selain itu, artefak yang masih ada perlu diselematkan meski sebagian besar sudah tidak berwujud.
Dia mencontohkan, kondisi pergudangan di sepanjang Kalimas. Lalu, kawasan pelabuhan di depan Pasar Pabean dan kawasan permukiman Jalan Panggung juga perlu direstorasi. Termasuk crane di Kalimas Timur. ”Memang kebun rempah berada di Banda. Tapi, jejakjejaknya ada di Surabaya. Termasuk Pabean, Jalan Panggung, Kalimas, dan Jembatan Merah,” papar Kuncar. ”Jalan Veteran yang kemarin dikunjungi itu sebagian kecil saja,” lanjutnya. Dia berharap komponen yang terpisah itu dapat disatukan menjadi potensi yang bermanfaat untuk Surabaya.