Sampel Akan Dikirim ke Australia
Temuan Kerangka Wanita di Situs Kumitir
KABUPATEN MOJOKERTO, Jawa Pos – Tiga struktur kerangka manusia yang ditemukan di tengah proses ekskavasi Situs Kumitir masih diselimuti tekateki. Banyak yang menginterpretasi kan kerangka memiliki hubungan sejarah erat dengan lokasi ditemukannya kerangka. Karena itu, sampel ketiga kerangka akan dikirim ke Australia untuk diteliti usianya.
Ekskavasi tersebut berlangsung pada 1–30 Maret. Tak banyak yang menyangka kerangka tersebut ditemukan. Bahkan, tim arkeolog sempat dikagetkan dengan tiga temuan kerangka sekaligus yang muncul ketika penggalian masih mencapai kedalaman 60 sentimeter (cm) dari permukaan tanah.
Tim ekskavasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim sampai harus bekerja sama dengan ahli antropologi forensik Unair Surabaya guna mengidentifikasi tulang belulang yang saat ditemukan posisinya terbilang tidak wajar.
Arkeolog tak menampik dugaan bahwa tiga kerangka yang diprediksi perempuan muda itu memiliki hubungan sejarah dengan Kerajaan Majapahit. Apalagi jika dikaitkan dengan temuan yang sama di lokasi sekitar Situs Kumitir. Sebut saja temuan kerangka di Sumur Upas 2017 lalu. Juga temuan yang sama di sumur Peneleh, Surabaya.
Bahkan, ketika ahli forensik antropologi Unair meneliti lokasi, ketiga kerangka memunculkan fakta aneh. Misalnya, usia kerangka tersebut diprediksi perempuan berusia 20–30 tahun. Kemudian, posisi kerangka yang tidak dimakamkan seperti manusia pada umumnya, khususnya muslim. Yakni, terkubur dalam posisi tengkurap. Meski bagian kepalanya berada di utara dan kaki di selatan. ’’Cuma memang belum bisa dijadikan rujukan empiris karena proses kajian belum selesai,’’ tuturnya.
Nah, untuk bisa menguak fakta lebih dalam dan teruji, tim arkeologi dan forensik antropologi bakal membawa sampel tiga kerangka tersebut ke laboratorium di Australian National University (ANU), Canberra. Pengiriman sampel ditujukan untuk proses dating atau penanggalan. Yakni, mengungkap tahun berapa tiga kerangka perempuan itu hidup. Apakah tepat pada zaman Majapahit atau justru zaman modern.
Laboratorium ANU dipilih lantaran memiliki alat dan metodologi dating yang lebih canggih. ’’Tidak berarti di Indonesia tidak bisa. Cuma memang di sana (ANU, Red) lebih lengkap. Setiap kerangka hanya dipilih tiga bagian sampel tulangnya,’’ tandas Wicaksono.