Jawa Pos

Sehari Delapan Kali Gempa Susulan

Tak Ada Pengungsia­n, Warga Nekat Tempati Rumah Rusak Ahli Minta Rumah Tahan Gempa Diwajibkan di Jatim Selatan

-

JAKARTA, Jawa Pos – Guncangan gempa dengan magnitudo (M) 6,1 pada 10 April lalu dirasakan di hampir seluruh Jawa Timur (Jatim). Di antara 38 kabupaten dan kota di Jatim, 32 daerah melaporkan guncangan gempa.

Menurut peta guncangan (shakemap) dari BMKG, getaran dirasakan dengan skala terkuat IV modified Mercalli intensity (MMI) di dua kabupaten, yakni Blitar dan Malang

Getaran skala III hingga mendekati IV MMI terasa di Kediri, Trenggalek, Jombang, dan Blitar. Lalu, skala III MMI di Sidoarjo, Surabaya, Bangkalan, Sampang, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Kota Batu, dan Tuban. Lalu, Nganjuk, Ngawi, Jember, Tulungagun­g, Probolingg­o, Gresik, Magetan, Kota Probolingg­o, Kediri, Lumajang, Pasuruan, dan Kota Malang. Skala yang lebih lemah, yaitu II MMI, dirasakan di Kabupaten Pamekasan, Sumenep, Situbondo, Banyuwangi, dan Bojonegoro.

Kapusdatin­kom BNPB Raditya Jati mengungkap­kan, sampai kemarin pagi (11/4), terjadi 8 kali gempa susulan dengan tren hypocenter yang semakin dalam. Sebanyak 16 kabupaten dan kota melaporkan kerusakan dan jatuhnya korban akibat gempa ini. Yaitu, Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan, Blitar, Trenggalek, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Kediri, Kabupaten Probolingg­o, Ponorogo, Jember, Tulungagun­g, Kota Batu, Nganjuk, Pacitan, dan Bondowoso.

”Sampai hari ini (kemarin, Red), ada delapan korban yang meninggal dunia. Lima orang meninggal di Lumajang dan tiga orang meninggal di Malang,” jelas Raditya kemarin.

Di samping itu, 39 orang lukaluka. Perinciann­ya, 36 orang luka ringan, 2 orang luka sedang, dan 1 orang luka berat. Kerusakan fisik meliputi 642 unit rumah rusak berat, 845 unit rumah rusak sedang, dan 1.361 rumah rusak ringan. Gempa juga merusak 179 fasilitas umum (fasum).

Presiden Joko Widodo telah memerintah Kepala BNPB Doni Monardo dan instansi terkait untuk melakukan langkah-langkah tanggap darurat. ”Segera cari dan menemukan korban yang tertimpa reruntuhan,” ujarnya.

Jokowi menyatakan dukacita kepada keluarga korban yang meninggal. Mantan gubernur DKI Jakarta itu pun kembali mengingatk­an bahwa Indonesia berada di wilayah cincin api atau ring of fire. Karena itulah, aktivitas alam seperti gempa bumi dapat terjadi kapan saja. ”Saya mengingatk­an kepada gubernur, bupati, dan wali kota untuk terus mengimbau masyarakat agar mempererat kerja sama dan meningkatk­an kewaspadaa­n akan datangnya sebuah bencana,” tegasnya.

Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa ini berdampak luas karena hypocenter-nya relatif dalam. Guncangan yang ditimbulka­n kembali dirasakan dalam wilayah luas. Selain itu, banyaknya bangunan yang rusak di Malang dan Blitar menunjukka­n bahwa mitigasi struktural masih lemah.

Pakar struktur dan bangunan dari Fakultas Teknik Sipil, Perencanaa­n, dan Kebumian Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya Tavio menuturkan, harus ada solusi jangka panjang untuk mengatasi banyaknya bangunan yang roboh dan memakan korban jiwa. Dia menegaskan, semua pihak tidak boleh hanya terfokus pada kerusakan infrastruk­tur, bangunan fasilitas umum dan pemerintah­an, serta gedunggedu­ng tinggi. Dalam praktiknya, bangunan-bangunan tersebut memiliki standar yang ketat terkait dengan spesifikas­i perizinan. ”Namun, kita lupa pada bangunan tempat tinggal masyarakat biasa. Padahal, berapa persenkah populasi kita yang hidup di bangunanba­ngunan vertikal seperti apartemen?” jelasnya.

Tavio menyatakan, regulasi untuk izin mendirikan bangunan (IMB) dan izin sertifikat laik fungsi (SLF) perlu diperketat dan tidak bisa ditawar. ”Tanpa ini, sampai kapan pun tidak akan pernah bisa. Artinya, harus ada law enforcemen­t tanpa pandang siapa pun, khususnya pihak yang membangun,” katanya.

Namun, untuk masyarakat biasa, Tavio menyatakan tidak bisa sepenuhnya mengandalk­an penegakan hukum. Harus ada solusi sehingga rakyat bisa membangun rumah dengan fitur-fitur tahan gempa yang tetap murah dan terjangkau. Sebenarnya, kata Tavio, rumah tahan gempa bisa dibangun dengan langkahlan­gkah standar. Misalnya, memperbaik­i kualitas material dan memperkuat kerangka bangunan. ”Misalnya, kawatnya harus masuk ke kolom, besinya harus dikaitkan, terus diberi angkur ke balok. Temboknya juga bisa diperkuat dengan jaring kawat nyamuk,” terangnya.

Hal-hal itu bisa diaplikasi­kan orang kebanyakan dalam membangun rumah. Hanya, dibutuhkan pendidikan dan penyadaran dari pemerintah dan para ahli dengan sosialisas­i secara masif dan menyeluruh. ”Tapi, kita ini kan gampang melupakan. Cenderung diam sampai ada gempa lagi. Kalau kerugian materi, mungkin bisa dibangun lagi. Kalau nyawa hilang, kan tidak bisa dikembalik­an,” tegasnya.

Menurut dia, sudah saatnya pembanguna­n rumah tahan gempa diperluas dengan teknologi-teknologi yang terjangkau. Dengan begitu, jika terjadi gempa nanti, rumah tidak roboh dan membunuh penghuniny­a.

”Bangunan yang kuat bisa menyelamat­kan. Minimal tidak langsung roboh. Tapi, setelah itu kan rumahnya hancur dan harus membangun lagi. Rumah tahan gempa bisa menyelamat­kan nyawa sekaligus tidak perlu lagi membangun rumah dari awal,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Koordinato­r Bidang Pembanguna­n Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy telah menginstru­ksikan BNPB untuk terus memonitor dan mengawasi dampak gempa di Kabupaten Malang. Dia juga sudah menugasi deputi Kemenko PMK bidang kebencanaa­n untuk mendata dan memantau perkembang­an gempa.

Sejauh ini, kata dia, gempa di Jatim belum menjadi bencana nasional. Karena itu, pemerintah daerah diminta menangani dampak kerusakan yang terjadi. ”Tentu pemerintah pusat juga akan terus berkoordin­asi dengan pemerintah provinsi terkait penanganan pascabenca­na gempa,” tegasnya.

Muhadjir mengunjung­i sejumlah wilayah terdampak bersama Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharin­i kemarin. Di antaranya, Desa Tamanasri dan Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgadin­g, Kabupaten Malang. Dua desa tersebut termasuk dua lokasi yang terkena dampak gempa cukup parah karena merupakan lempengan irisan gempa. Yang membuat miris, bukan hanya rumah warga yang mengalami kerusakan. Namun, sejumlah warga yang masih menempati rumahnya juga tidak aman lagi.

”Jadi, sekarang yang penting menyelamat­kan mereka yang jadi korban. Lalu, menjamin kebutuhan hidupnya terpenuhi,” tuturnya. Setelah itu, lanjut dia, infrastruk­turnya dibenahi. Perbaikan bangunan rusak akan difokuskan pada tahap rehabilita­si dan rekonstruk­si setelah tahap tanggap bencana oleh Kementeria­n PUPR. Diperkirak­an, ada 40 rumah warga yang rusak ringan hingga berat di wilayah Kabupaten Malang.

Menurut Muhadjir, Kementeria­n Sosial telah mengupayak­an lokasi penampunga­n sementara untuk warga. Salah satunya di lapangan Desa Tamanasri. Lokasi itu dinilai pas karena dekat dengan balai desa dan sekolah. Diharapkan, kebutuhan seharihari, terutama air bersih, tercukupi. ”Nanti dilengkapi tenda besar untuk tempat tidur dan dapur umum,” ungkap mantan menteri pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) tersebut.

Muhadjir mengimbau warga dengan kondisi rumah rusak parah untuk lebih dulu mengungsi. Sebab, gempa susulan masih terjadi. ”Tadi Bu Mensos angkut mereka pakai truk polisi. Tadi ada yang hamil, lansia, dan luka berat. Saya minta mereka dibawa ke puskesmas,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Risma memastikan kebutuhan logistik korban bencana sudah terpenuhi. Pihaknya telah menyalurka­n dua truk logistik di Kabupaten Malang. ”Dan, satu truk di Kabupaten Lumajang. Kami juga menyiapkan posko pengungsi karena khawatir ada gempa susulan,” jelas mantan wali kota Surabaya tersebut.

Risma secara cepat merespons gempa Malang tersebut. Setelah dari NTT, dia langsung meluncur ke Kabupaten Lumajang kemarin dini hari. Sebelum itu, dia juga menginstru­ksikan taruna siaga bencana (tagana) untuk turun ke lapangan setelah gempa dilaporkan.

Sebanyak 700 personel tagana dari 10 kabupaten/kota se-Jatim langsung diterjunka­n ke lokasi gempa. Di lapangan, mereka ditugasi untuk membantu evakuasi korban, membangun selter, mendirikan dapur umum, hingga menyediaka­n layanan dukungan psikososia­l.

 ?? JUNI KRISWANTO/AFP ?? GOTONG ROYONG: Beberapa anggota TNI bersama warga memeriksa rumah-rumah yang ambruk akibat gempa di Malang, Jawa Timur, kemarin (11/4).
JUNI KRISWANTO/AFP GOTONG ROYONG: Beberapa anggota TNI bersama warga memeriksa rumah-rumah yang ambruk akibat gempa di Malang, Jawa Timur, kemarin (11/4).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia