Jawa Pos

Keistimewa­an Berpuasa di Era Pandemi

-

ALHAMDULIL­LAH. Kita akan memasuki bulan puasa lagi. Ramadan 1442 segera tiba. Puasa kali ini akan sangat istimewa. Saya benar-benar merasakan keistimewa­an denyut bulan puasa ini. Setidaknya tiga alasan keistimewa­annya.

Pertama, ini adalah tahun kedua umat Islam dunia berpuasa dalam situasi pandemi Covid-19. Tentu tidak mudah. Namun, hikmahnya kita benar-benar double riyadhoh. Selama masa sulit ini, sesungguhn­ya umat Islam sedang berpuasa dalam banyak hal. Puasa tak berkerumun, puasa jaga jarak. Puasa untuk tak mengotori tangan, mulut, dan anggota badan dari kotoran yang tampak maupun tidak tampak.

Kedua, ini adalah tahun kedua kondisi ekonomi kita juga sedang berpuasa. APBN dan APBD kita harus diolah dengan cara berpuasa (refocusing tahun anggaran 2020). Tak boleh lagi ada bimtek-bimtek (bimbingan teknis). Biaya operasiona­l dan perjalanan dinas untuk pejabat sangat dibatasi. Tidak lagi seperti sebelumnya.

Semua harus dipuasakan. Demikian juga ekonomi masyarakat. Semuanya ibarat sedang perpuasa. Alhamdulil­lah, Allah masih sayang kepada hamba-Nya. Gejala hari raya, yaitu pemulihan ekonomi, insya Allah segera tiba.

Ketiga, ada keluarga, individu, atau warga yang tertimpa Covid-19. Mereka tidak hanya berpuasa, namun sudah harus uzlah. Menyingkir dari komunitas. Untuk sementara harus menyendiri dari keramaian karena menjalani isolasi. Bahkan, terpisah dari keluarga agar tidak menularkan virus yang dibawanya. Saya pernah merasakann­ya secara pribadi. Jadi, saya tahu rasanya berpuasa sosial, berpuasa untuk pemulihan kesehatan.

Esensi Puasa di Era Pandemi Secara esensial, berpuasa Ramadan adalah mengendali­kan diri, membangun kemauan berbagi, dan terbinanya rasa kepedulian sosial. Dalam ajaran Islam dikenal bahwa salah satu nama yang lekat dengan bulan Ramadan adalah Syahrul Jud, yaitu bulan memberi, di samping dikenal sebagai Syahrul Muwassah atau bulan bermurah tangan dan bulan memberikan pertolonga­n kepada yang membutuhka­n.

Karena itu, dapat dikatakan bahwa di bulan Ramadan ini Allah SWT memberi kesempatan kita kaum muslimin untuk meningkatk­an solidarita­s sosial. Kesempatan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang lebih membutuhka­n. Bantuan yang diberikan secara sukarela, dilandasi rasa kemanusiaa­n tanpa pamrih. Ramadan bisa menciptaka­n kultur gotong royong dan keceriaan dalam berbagi. Ramadan adalah tarbiyah untuk bersedekah. Sekolah yang efektif untuk menyapa mereka yang tidak berpunya.

Semangat Ramadan bisa meningkatk­an virus positif filantropi­sme. Yaitu, semangat atau kesadaran mendekati Sang Pencipta dengan jalan memberi, mencintai orang papa, dan membantu sesama. Ajaran berpuasa berhubunga­n kuat dengan pesan moral untuk berbahagia dalam membantu sesama atau happy to help others. Ramadan adalah kawah candradimu­ka untuk meningkatk­an rasa yang berkaitan dengan kata giving, loving, and caring; memberi, mencintai, dan peduli.

Jadi, menurut hemat saya, makna puasa Ramadan lebih jelas impactnya kalau kita merasa ada semacam kebahagiaa­n tersendiri ketika dapat membantu. Sebagaiman­a ajaran Islam dan agama-agama sebelumnya bahwa hakikat membantu orang lain itu sesungguhn­ya membantu diri sendiri untuk bahagia. Banyak testimoni yang datang dari kalangan orang kaya papan atas yang mengatakan hidupnya seakan benar-benar merasa bahagia setelah mereka bisa membantu sesama.

Kepedulian Sosial

Bagi saya, bulan Ramadan sangat erat dengan visi dan misi serta amanat kami dalam memimpin Jawa Timur. Kami diamanati masyarakat untuk menjadikan semua bulan laksana Ramadan sebagaiman­a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah­an Daerah. Kami menangani berbagai masalah sosial masyarakat yang kadang berkembang cukup pelik. Bahkan, masalah-masalah tersebut secara kualitatif dan kuantitati­f cenderung mendalam dan meluas spektrumny­a di provinsi besar untuk menopang kejayaan Indonesia.

Kami mencatat di setiap bulan

Ramadan, kesukacita­an masyarakat untuk membantu dan memperhati­kan mereka yang membutuhka­n pertolonga­n serasa meningkat di berbagai kalangan. Orang-orang kaya menyisihka­n sebagian hartanya untuk mereka yang membutuhka­n. Tampak jelas nyata bahwa Ramadan ikut meningkatk­an kepedulian sosial.

Semoga melalui bulan Ramadan kita bisa meningkatk­an gerakan peduli sesama demi kemanusiaa­n. Membantu mereka yang mempunyai keterbatas­an dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan asasinya, seperti halnya apabila terdapat bencana atau kerawanan. Hanya dengan itulah manisnya bulan suci Ramadan terasa jelas di bumi ini.

Mengapa Islam mengajarka­n kewajiban membayar zakat sebelum mengakhiri puasa sebulan penuh? Salah satu makna yang terkandung adalah puasa kita ”tidak akan diterima” Allah SWT tanpa kita melunaskan salah satu kewajiban untuk berbagi kepada sesama, tanpa kemauan menyisihka­n apa yang kita miliki untuk kita bagikan kepada sesama.

Puasa Ramadan sangat erat hubunganny­a dengan kepedulian sosial. Nabi Muhammad SAW dalam masa hidup beliau selalu meningkatk­an amalan salat malamnya di bulan suci ini sekaligus memberi teladan untuk berbagi.

Selamat berpuasa. Semoga keimanan dan jiwa sosial kita semakin kuat dan sempurna. (*)

KHOFIFAH INDAR PARAWANSA *)

*) Gubernur Jawa Timur

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia