Penukaran Uang Pecahan Rp 75 Ribu Paling Laris
SURABAYA, Jawa Pos – Pada awal Ramadan, jasa penukaran uang baru di kawasan Tugu Pahlawan mulai merebak. Uang pecahan Rp 75 ribu paling diburu warga Surabaya. Polisi mewanti-wanti agar warga mewaspadai uang palsu.
Salah seorang penjual jasa penukaran uang baru itu adalah Suwito Hariyanto. Pria yang membuka jasa penukaran uang sejak 1994 itu mengungkapkan, pada Ramadan kedua selama pandemi ini, dirinya memutar otak agar tetap ada pemasukan. Selain hadir lebih awal, dia juga menggunakan jalur online
J
”Iya, ini sudah buka satu hari sebelum puasa. Hari Minggu sudah gelar lapak. Sekalian buka online,” katanya saat ditemui di Jalan Pahlawan. Dia menjelaskan, menjadi penyedia jasa jalur online juga menguntungkan. Selain jangkauan lebih luas, transaksi lebih aman.
Biasanya, penukaran uang baru melalui online itu dimulai setelah pukul 18.00. Dia menginformasikan melalui akun
pribadinya tentang jumlah ketersediaan uang baru sesuai nominal. Jika ada yang memesan dengan jumlah besar, tentu dibutuhkan beberapa hari untuk menyediakan uang baru tersebut.
”Kalau pakai cara online, ya menyesuaikan. Sekalian unggah foto dan video. Agar calon pembeli percaya. Nomor telepon juga on call,” jelasnya.
Wito, panggilan akrab Suwito Hariyanto, menilai selain menyediakan dengan cara
membuka jasa tersebut lebih awal juga dapat meraup untung lebih cepat dari biasanya.
Selain itu, keputusannya membuka jasa penukaran uang baru lebih awal juga dipicu imbauan pemerintah atas larangan mudik. Dia mengungkapkan, beberapa pelanggan lamanya justru memesan uang baru pada awal puasa. ”Mungkin juga mau mudik lebih awal ya,” katanya.
Dia mengungkapkan, kemarin (16/4) dirinya menjual Rp 20 juta dalam berbagai pecahan, mulai Rp 2.000, Rp 5.000, hingga Rp 10.000. Meski total Rp 20 juta itu terbilang sedikit dari yang disediakan Rp 100 juta, hal tersebut merupakan capaian yang baik. Namun, pada tahun ini ada yang lebih laris, yakni pecahan Rp 75 ribu. ”Rp 75 ribu itu banyak yang cari. Per lembar hanya Rp 80 ribu,” ungkapnya.
Dia mengaku selama pandemi Covid-19, dirinya hanya dapat menjual dan menukarkan uang baru Rp 1,8 miliar. Pendapatan itu turun drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelum pandemi yang mampu mencapai Rp 3 miliar.
Terkait pengamanan, dia mengaku selalu berkomunikasi dengan aparat kepolisian setempat. Terlebih mematuhi imbauan untuk tetap menjaga kondusivitas kemamanan. ”Tahun lalu ya diimbau tidak lebih dari pukul 20.00. Sekarang magrib sudah di rumah, dijual online,” ujar pria asal Sukomanunggal itu.
Sementara itu, Kasatbinmas Polrestabes Surabaya AKBP Herlina mengatakan, selama proses transaksi berlangsung, penyedia jasa tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, waktu berjualan tidak melebihi pukul 20.00 untuk menghindari tindak kriminalitas lainnya.
”Yang penting juga waspada terhadap uang palsu. Penyedia jasa perlu tahu ilmu mana uang yang asli dan tidak,” ujarnya. Selain itu, untuk tetap mendukung keamanan dan ketertiban masyarakat, pihaknya akan melakukan pemeriksaan dan memberikan imbuan kepada sejumlah penyedia jasa penukaran uang baru.