Tahun Lalu Tertutup, Kini Mengaji Online Undang 500 Orang
SURABAYA, Jawa Pos – Pandemi Covid-19 mendorong pengelola Masjid Al Akbar menggagas cara berbeda metode ngabuburit dan berdakwah. Kegiatan dakwah konvensional diubah menjadi digital. Tujuannya, menjangkau banyak jamaah. Termasuk para diaspora yang ada di luar negeri. Selain itu, menambah literasi dakwah secara digital
J
Itu pula yang dilakukan kemarin (16/4). Tepat setelah salat Asar, lantunan ayat suci menggema di ruang utama Masjid Al Akbar. Puluhan jamaah menyimak Alquran. Dua layar videotron di samping tempat imam pun dinyalakan. Begitu juga beberapa kamera. Termasuk semua platform media sosial (medsos) Masjid Al Akbar.
Saat ngabuburit di Masjid Al Akbar, terdapat beberapa rangkaian. Yakni, ngaji murotal dengan dilanjutkan ceramah agama. Semuanya dilakukan secara online. Termasuk disiarkan di 25 radio dan 12 stasiun televisi lokal di Jatim. ’’Mereka menayangkan secara relay,’’ kata Humas Masjid
Al Akbar Helmy M. Nor.
Semua siaran dikendalikan dari ruangan khusus. Tepatnya di area bawah tanah Masjid Al Akbar. Di ruangan 6 x 8 meter tersebut, teknis siaran dan kontrol dilakukan. Ngabuburit online bukan tidak ada tantangan. Kendala dan hambatan menghantui setiap harinya. Salah satunya, masalah jaringan internet.
Hasil gambar dan suara harus kualitas high definition (HD) karena akan berpengaruh pada jamaah di rumah. Termasuk yang ada di luar negeri. Meski begitu, ngabuburit online dinilai lebih efektif dan masif. ’ Pandemi mengubahdakwahdarikonvensional ke digital,’ kata Helmy.
Cara itu sebetulnya sudah dilakukan pada Ramadan tahun lalu. Bedanya saat ini dibuka secara umum. Meski begitu, jumlah jamaah yang datang tetap dibatasi. Sehari setidaknya 500 orang. Mereka pun wajib mematuhi prokes Covid-19.
Menurut Helmy, dengan ngabuburit yang dibuat secara digital, dampaknya meluas. Tidak ada batasan. Semua orang bisa mengakses. Bahkan, ibu rumah tangga yang sedang menyiapkan menu buka puasa pun bisa menikmati dakwah. Di samping itu, format digital memperkaya literasi dakwah di dunia maya.
Cara tersebut juga bisa mengontrol jamaah yang datang ke Masjid Al Akbar. Sebelum pandemi, semua aktivitas ngabuburit dilakukan secara offline.
Orang yang datang pun tak hanya bertujuan mengikuti kajian, tapi juga mencari takjil untuk berbuka puasa.
Dia menuturkan, pelaksanaan ngabuburit online juga bekerja sama dengan MUI Jatim. Yakni, soal pendakwahnya. Nah, tema kajian bukan hanya soal agama, melainkan juga nilai kehidupan dan motivasi. Terutama dalam kondisi pandemi seperti sekarang.
Jadi, secara keseluruhan bukan hanyasoalkualitatifdarisegijamaah ataupendengarnya,tapijugaacara dan isi dakwahnya. Mengaji online yang dilaksanakan juga bukan soal cepat khatam, melainkan bagaimana menikmati mengaji dengan bagus dan indah. Karena itu, tadarus online dilakukan secara murotal.
Facebook online,