Mikroplastik di Kali Surabaya Kiriman Daerah Tetangga
SURABAYA, Jawa Pos – Ekspedisi Brantas kembali diadakan. Salah satunya, mengambil sampel mikroplastik di sepanjang Kali Brantas hingga Kali Surabaya. Hasilnya, air di Kali Surabaya mengandung mikroplastik. Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menduga kondisi itu terjadi akibat kiriman dari wilayah lain. Misalnya, Jombang, Gresik, Mojokerto, dan Sidoarjo. Pengambilan sampel air dilakukan kelompok studi Caer (Community of Aquatic Environment)
Mereka adalah mahasiswa pencinta dan peduli lingkungan. Khususnya di kawasan Kali Brantas. Sampel air yang diuji didapat dari berbagai titik wilayah. Mulai Jombang sampai Karang Pilang.
Dalam penelitian tersebut, kandungan mikroplastik lebih besar daripada jumlah plankton. Jumlah mikroplastik yang ditemukan mencapai 59–100 partikel per 100 liter. Kelimpahan mikroplastik tertinggi terdapat pada Stasiun Tapen, Kemlagi, dan Perning yang merupakan aliran Sungai Marmoyo. ”Dari Sungai Marmoyo dan Brantas, hilirnya di Kali Surabaya,” kata Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi.
Meski begitu, di wilayah Surabaya ditemukan pula kandungan mikroplastik. Tepatnya di sekitar Karang Pilang. Terdapat 38 partikel mikroplastik per 100 liter air. Ada dua faktor penyebab. Yakni, limbah industri dan domestik. Bahkan, di Karang Pilang ditemukan beberapa jenis ikan air tawar yang mati karena terpapar kandungan monopolistik. Misalnya, ikan bader merah, putih, dan nila. ”Pencemaran ini akan mengalir ke hilir, yaitu ke daerah Tambak Wedi,” terangnya kemarin sore (18/4).
Prigi menjelaskan, kandungan mikroplastik di Kali Surabaya disebabkan kiriman wilayah lain. Sebab, untuk Jombang, Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto, jangkauan pelayanan sampah oleh pemerintah setempat tidak seperti di Surabaya. Di sana pelayanan sampahnya hanya menjangkau 40 persen. Sementara, di Surabaya jangkauan pelayanan sampah sudah mencapai 80 persen. Artinya, karena pelayanan masih kurang, sampah berpotensi dibuang ke kali. Mikroplastik ini disebabkan sampah plastik yang dibuang ke sungai. Nah, hal itu berdampak di Surabaya. ”Hilir Kali Brantas dan Marmoyo kan berada di Surabaya,” ungkap Prigi.
Karena itu, koordinasi dengan sejumlah stakeholder di beberapa daerah tersebut sangat penting. Khususnya soal penanganan sampah. Jika bisa ditangani dengan baik, otomatis sampah yang terbuang di kali dapat dikendalikan. Khususnya jenis plastik. Sebab, langkah itu berdampak pada ekosistem di dalamnya. ”Tentu mengancam populasi ikan,” tandas Prigi.