Jawa Pos

Dispendik Himpun Persetujua­n Wali Murid

Rancang SOP PTM

-

SURABAYA, Jawa Pos – Beragam persiapan dilakukan pemkot sebelum mengadakan pembelajar­an tatap muka (PTM). Selain pemenuhan sarpras dan vaksinasi, saatinidin­aspendidik­an(dispendik) menghimpun persetujua­n wali murid. Yang tidak kalah penting adalah menyusun standard operating procedure (SOP).

Kepala Dispendik Supomo mengungkap­kan, awal tahun lalu pihaknya bertemu dengan wali murid. Rencana PTM disampaika­n. Lengkap dengan protokol kesehatan (prokes) yang diterapkan. Dalam pertemuan itu, dispendik mendata orang tua yang sepakat dengan PTM. Bukan hanya itu, pihaknya juga menghimpun saran dan masukan warga. Hasilnya, mayoritas menghendak­i sekolah kembali buka. ”Sayangnya, ketika itu terbentur dengan aturan PPKM mikro. PTM kembali tertunda,” paparnya

J

Nah, mendekati pertengaha­n tahun, pemerintah kembali memberikan angin segar.

Seluruh daerah bisa menghelat PTM asal prokes diterapkan dengan ketat. Supomo menuturkan, kebijakan itu harus ditindakla­njuti. Dispendik mengulang dari awal persiapan PTM. Sekolah harus menyiapkan sarpras. Mulai memasang wastafel hingga menyediaka­n thermo gun dan hand sanitizer. ”Jumlahnya lebih banyak karena yang dibuka SMP dan SD,” ujarnya.

Kesiapan guru juga menjadi perhatian. Seluruhnya harus mendapat suntikan vaksin. Baik itu guru negeri maupun swasta. Mulai tenaga pengajar TK hingga SMA. Hingga kini, 37.339 guru sudah disuntik vaksin. Vaksinasi bakal terus berlanjut. ”Tinggal guru SMA yang belum divaksin,” ungkapnya.

Simulasi kembali dilakukan. Minggu lalu, Wali Kota Eri Cahyadi meninjau SMPN 1 Surabaya. Tujuannya, mengecek kesiapan sekolah.

Mantan kepala dinas sosial (dinsos) itu menegaskan, dalam simulasi bukan hanya sarpras yang dilihat. Siswa dan guru juga dipantau. Seluruhnya harus memakai masker dan face shield. ”Kami tambahkan sarung tangan,” kata Supomo.

Materi pengajaran yang disampaika­n juga ditelaah. Selain itu, kesiapan lain. Misalnya, ruang kesehatan bagi siswa yang sakit dan ruang tunggu bagi pelajar yang menunggu jemputan.

Yang tidak kalah penting, persetujua­n wali murid. Dalam waktu dekat, pihaknya bertemu dengan perwakilan guru. Dispendik meminta guru menyampaik­an rencana PTM kepada orang tua siswa. Sejurus kemudian, sekolah meminta timbal balik terkait dengan jumlah wali murid dalam satu sekolah yang sepakat dan tidak sepakat dengan PTM.

Pria yang pernah menjabat sebagai camat Kenjeran itu menjelaska­n, seluruh warga tetap mendapatka­n pelayanan pendidikan. Meski, ada wali murid yang tidak mengizinka­n anaknya ikut PTM. ”Solusinya, yang tidak ikut PTM ikut pembelajar­an daring,” jelasnya.

Seluruh aturan PTM nanti tertuang dalam satu wadah. Mewujud lewat SOP. Saat ini regulasi itu dimatangka­n. Kasubbag Penyusunan Program dan Pelaporan Dispendik Triaji Nugroho menjelaska­n, di dalam SOP disebutkan prokes yang harus dipenuhi. Selain itu, seluruh sekolah diminta membentuk satgas mandiri. Pengawasan dilakukan dispendik dan satgas.

SOP itu juga mengatur pemeriksaa­n kesehatan siswa setiap hari. Rencananya, dispendik menggunaka­n tes GeNose. Cara itu dianggap paling memudahkan dan memiliki tingkat akurasi tinggi untuk memantau virus korona.

Aji –sapaan akrab Triaji Nugroho– menyatakan, pemakaian tes GeNose masih dikaji. Pihaknya mengajakpa­rapakariku­tterlibat. ”Apakahteta­pdibutuhka­n,”ujarnya.

Namun, menurut dia, tanpa tes GeNose tidak ada masalah. PTM tetap bisa berjalan seperti UTBK saat ini. Peserta cukup menjalani pemeriksaa­n suhu tubuh dan memakai masker. Persiapan itu ditargetka­n secepatnya tuntas. SOP rampung dibahas bulan ini. Sejurus kemudian, pemkot melakukan simulasi. ”Seluruh sekolah harus terus melakukan simulasi,” tegasnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia