Jawa Pos

Gelombang Panas Renggut Ratusan Nyawa

-

VANCOUVER, Jawa Pos – Gelombang panas di Kanada dan Amerika Serikat memakan korban jiwa. Bukan satu-dua orang, melainkan ratusan orang. Salah satu yang mencatat kematian tertinggi adalah area Vancouver dan sekitarnya. Sejak Jumat (25/6) hingga Selasa (29/6), tercatat ada 134 kematian mendadak yang diyakini terkait dengan suhu ekstrem. Mayoritas adalah lansia.

’’Saya sudah menjadi polisi selama 15 tahun dan belum pernah melihat kematian mendadak sebanyak ini dalam rentang waktu yang sangat pendek,’’ ujar sersan polisi Steve Addison seperti dikutip Agence France-Presse.

Normalnya, angka kematian hanya 3–4 orang per hari. Namun, belakangan jumlahnya mencapai belasan orang per hari.

Addison mengungkap­kan, beberapa orang mengunjung­i keluargany­a dan ternyata menemukan mereka sudah tidak bernyawa. Puluhan petugas dikerahkan untuk mengatasi kenaikan panggilan darurat. Namun, tetap saja mereka kewalahan.

Gelombang panas mencapai rekor tertinggi di Kanada pada Selasa (22/6). Yaitu, mencapai 49,5 derajat Celsius di Lytton dan British Columbia yang jaraknya 250 kilometer dari Vancouver. Di British Columbia, jumlah penduduk yang meninggal lebih dari 100 orang sejak Jumat.

Mayoritas rumah penduduk di Vancouver dan British Columbia tidak memiliki penyejuk ruangan. Sebab, biasanya, saat musim panas, suhunya masih bersahabat. Namun, gara-gara gelombang panas ini, warga yang memiliki cukup uang langsung mengungsi ke hotel agar bisa tidur di ruangan ber-AC.

’’Suhunya tidak bisa ditolerans­i. Kami berusaha di dalam ruangan sebisa mungkin. Kami terbiasa dengan panas, tapi 30 derajat Celsius itu berbeda dengan 47 derajat,’’ ujar Meghan Fandrich, salah seorang penduduk di Lytton.

Setali tiga uang, situasi di AS sama saja. Suhu di Seattle sudah mencapai 42 derajat Celsius, sedangkan Portland dan Oregon bersuhu 46 derajat Celsius. Di California, gelombang panas mengakibat­kan kekeringan kian parah. Kebakaran semak juga mulai terjadi di beberapa titik meski belum membesar.

Gubernur Washington Jay Inslee menyatakan, ini adalah awal dari situasi darurat permanen. Karena itu, sumber masalahnya harus diselesaik­an. ’’Yakni, perubahan iklim,’’ tegasnya seperti dikutip The Guardian.

 ??  ??
 ?? AP/ROSS D. FRANKLIN FILE ?? DARURAT: Pejalan kaki memegang sebotol air dingin di stasiun hidrasi Salvation Army di Phoenix, AS, 15 Juni lalu.
AP/ROSS D. FRANKLIN FILE DARURAT: Pejalan kaki memegang sebotol air dingin di stasiun hidrasi Salvation Army di Phoenix, AS, 15 Juni lalu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia