18 Korban Tenggelam Belum Ditemukan
KMP Yunicee Angkut 76 Orang, di Manifes Tertulis 57 Orang
JAKARTA, Jawa Pos – Ada perkembangan baru terkait dengan kapal motor penumpang (KMP) Yunicee yang tenggelam di Gilimanuk Selasa malam (29/6). Dugaan bahwa data manifes tidak sesuai dengan fakta ternyata benar. Berdasar hasil verifikasi, kru dan penumpang yang turut dalam pelayaran maut itu berjumlah 76 orang. Lebih banyak daripada data manifes yang menyebutkan 57 orang.
Fakta baru itu ditegaskan Kepala Kantor SAR Denpasar Gede Darmada
”Hasil perhitungan tersebut (76 orang onboard di KMP Yunicee, Red) didasarkan pada data manifes yang tercatat, data korban yang dievakuasi KMP Samudra Utama, KMP Swakarya, dan tugboat yang menolong di hari pertama kapal tenggelam. Juga penemuan dari kapal nelayan,” bebernya.
Dengan demikian, data terbaru berkaitan dengan korban kecelakaan KMP Yunicee terdiri atas 51 korban selamat, 7 korban meninggal, serta 18 korban hilang. Dia memastikan, operasi pencarian dan penyelamatan masih akan dilakukan hari ini (2/7). ”Kami juga berharap bantuan masyarakat sekitar apabila menemukan tanda-tanda keberadaan korban agar segera memberikan laporan,” pintanya.
Secara keseluruhan, lanjut Darmada, ada 217 personel dalam tim gabungan yang ikut bekerja. Selain itu, tidak kurang dari 13 kapal dan pesawat dikerahkan tim tersebut. Khusus untuk pencarian dari udara, alat yang dikerahkan berasal dari Polairud Mabes Polri.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan TNI-AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono menyatakan bahwa KRI Rigel-933 sudah berhasil mengidentifikasi KMP Yunicee di kedalaman 72–78 meter di bawah permukaan laut. ”Benda yang dideteksi dari bawah air tersebut memiliki panjang 55,3 meter; lebar 11,5 meter; dan tinggi 11,35 meter,” ujarnya. Temuan itu identik dengan KMP Yunicee. Julius memastikan, TNI-AL terus membantu operasi pencarian dan penyelamatan kapal penyeberangan antarpulau tersebut.
Di lokasi pencarian, Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Komang Teguh Ardana turun langsung bersama anak buahnya. Demikian juga Komandan Lanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Eros Wasis. Sampai hari ketiga operasi pencarian (1/7), tim dari TNI-AL sudah menemukan sejumlah benda yang diduga terkait dengan KMP Yunicee. ”Posko pencarian dibagi menjadi dua tempat, yaitu posko di Pelabuhan Gilimanuk dan Pelabuhan Ketapang,” terang Kolonel Ardana.
Lebih lanjut, Ardana menyatakan bahwa keberadaan dan kondisi KMP Yunicee dikonfirmasi terdeteksi kemarin dini hari. ”Kamis pukul 01.30 WIB (ditemukan),” jelasnya. Sementara itu, Kantor SAR Denpasar menyatakan bahwa area pencarian di hari ketiga mencapai 23,85 nautical mile. Area tersebut dibagi atas delapan pemetaan. Semua disesuaikan dengan temuan KRI Rigel-933. Sayangnya, sejak pagi hingga petang kemarin, operasi tersebut tidak membuahkan hasil. Tim yang bergerak di lapangan belum menemukan korban yang hilang pasca tenggelamnya KMP Yunicee Selasa malam (29/6).
Pada bagian lain, anggota Komisi V DPR Sigit Sosiantomo menyesalkan kesimpangsiuran manifes KMP Yunicee. Menurut dia, ketidakjelasan tersebut merupakan kesalahan berulang dalam kecelakaan pelayaran di tanah air. ”Sepertinya tidak pernah ada perbaikan. Padahal, sekarang sistemnya sudah online semua,” katanya.
Sigit meminta Kemenhub membenahi dan memperbaiki sistem pencatatan dokumen manifes. Kesimpangsiuran data manifes, menurut dia, sangat merugikan korban sekaligus mempersulit pencarian dan pertolongan. ”Saya prihatin dengan nasib korban KMP Yunicee yang tidak terdaftar dalam manifes. Mereka dan ahli warisnya akan sulit mendapatkan santunan dan biaya perawatan,” kata Sigit.
Namun, hal itu seharusnya tak menjadi alasan bagi pihak terkait untuk mencarikan solusi. Menurut Sigit, sesuai dengan pasal 40 UU No 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. ”Operator harus bertanggung jawab soal pemberian ganti rugi ini. Semua sudah diasuransikan dan menjadi kewajiban operator sebagaimana diatur dalam UU,” ujarnya.
Sementara itu, Jawa Pos Radar Banyuwangi melaporkan, Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilker Ketapang Rocky Surentu mengatakan, pihaknya masih melakukan kroscek data manifes kapal yang tidak sesuai dengan fakta. Rocky akan berkoordinasi dengan ASDP dan Jasa Raharja. BPTD juga mengecek keberadaan petugas ASDP bernama Abdul Koyun yang menjadi korban dalam musibah KMP Yunicee.
Nama Abdul Koyun tidak masuk daftar manifes. Kendati begitu, pihak asuransi tetap menjamin semua korban, bahkan yang tidak masuk manifes, akan mendapatkan santunan. ”Termasuk petugas loket tidak masuk daftar manifes. Mereka masuk membawa surat angkutan bebas (SAB). Termasuk saya kalau menyeberang juga memakai SAB,” ungkapnya.
Khusus untuk asuransi kendaraan, semuanya harus terdata dalam manifes. Kepastiannya nanti dibuktikan dengan lampiran BPKB dari pemilik kendaraan. ”Kalau orang, semua ter-cover meskipun tidak ada di data. Asalkan keluarganya melapor dan bisa dibuktikan,” tegasnya.
Musibah tenggelamnya KMP Yunicee sempat disebut-sebut sudah dirasakan beberapa penumpang. Sebagian penumpang melihat air masuk sebelum kapal berlayar dari Pelabuhan Ketapang. BPTD Wilker Ketapang selaku pihak yang mengeluarkan surat persetujuan berlayar (SPB) menyangkal fenomena tersebut.
Rocky mengaku sempat mewawancarai beberapa penumpang lain. Berdasar temuannya, mereka menyebut tidak melihat overload di KMP Yunicee. ”Ada beberapa persepsi berbeda antar penumpang. Tapi, logikanya, kalau air sudah masuk dari awal, tidak mungkin penumpang berani masuk kapal. Kalau air masuk setelah berjalan, mungkin iya. Ini juga masih dilakukan investigasi,” jelas Rocky.
Komandan KRI Rigel-933 Letkol Laut (P) Jaenal Mutakim menerangkan, saat dilakukan pencarian di Selat Bali, kondisi arus benar-benar kuat. Bahkan, dalam kondisi stop mesin, arus bisa menyeret kapal dengan kecepatan 6–8 knot ke arah selatan. KRI Rigel menggunakan alat echo sounder multibeam 2040 untuk melihat kondisi KMP Yunicee di kedalaman 78 meter dengan posisi 1,6 kilometer dari Pelabuhan Gilimanuk. ”Saat ditemukan, KMP Yunicee berada dalam kondisi terduduk, bukan dalam kondisi terbalik. Arusnya kencang sekali,” ujarnya.