Siklus Pasca-Lebaran Picu Deflasi
Kali Pertama sejak Awal Tahun
JAKARTA, Jawa Pos – Turunnya harga komoditas setelah periode Ramadan dan Idul Fitri usai memengaruhi indeks harga konsumen (IHK) alias inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya deflasi pada Juni. Angkanya mencapai 0,16 persen. Itu merupakan deflasi pertama selama enam bulan terakhir.
”Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan beberapa indeks pengeluaran,’’ ujar Kepala BPS Margo Yuwono kemarin (1/7). Sebanyak 4 di antara 11 kelompok pengeluaran mengalami deflasi (selengkapnya lihat grafis). Di antaranya, mamin dan tembakau, pakaian dan alas kaki, transportasi, informasi komunikasi, serta jasa keuangan.
Margo juga menyebutkan turunnya harga cabai merah yang andilnya 0,09 persen. Juga, daging ayam ras 0,06 persen; cabai rawit 0,04 persen; dan tarif angkutan transportasi 0,03 persen.
Dari 90 kota IHK, 56 kota mengalami deflasi dan 34 sisanya mengalami inflasi. Deflasi paling tinggi terjadi di Kupang. Sementara itu, yang terendah terjadi di Palembang.
Inflasi tertinggi terjadi di Singkawang dan terendah di Pekanbaru serta Tanjung Selor. Inflasi terjadi karena kenaikan harga daging babi dan harga tahu mentah.
Secara umum, lanjut Margo, pandemi Covid-19 memang menekan daya beli masyarakat. Namun, pergerakannya relatif terjaga pada Juni. ”Inflasi inti masih tumbuh positif meskipun tipis 0,09 persen dan inflasi inti untuk YoY-nya juga masih meningkat,’’ jelasnya.
Sementara itu, Kepala BPS Jawa Timur (Jatim) Dadang Hardiwan melaporkan bahwa provinsi yang beribu kota di Surabaya tersebut juga mengalami deflasi. Dari delapan kota yang dipantau IHK, hanya satu yang mengalami inflasi. Yakni, Kota Malang. Angka inflasinya sebanyak 0,08 persen. Rata-rata deflasi provinsi tersebut mencapai 0,14 persen.
Jika dibandingkan Juni tahun lalu, rata-rata kenaikan harga mencapai 1,19 persen. ’’Salah satu faktornya adalah siklus pasca-Lebaran. Hargaharga
yang naik selama puasa dan Lebaran memang biasanya menurun tak lama kemudian,’’ ungkapnya.
Pendorong deflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,84 persen. Disusul kelompok transportasi sebesar 0,47 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,06 persen.
Terpisah, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menyatakan bahwa kebijakan PPKM darurat tentu akan berdampak pada inflasi. Menurut dia, level restriksi yang ditetapkan itu sangat mirip dengan rem darurat yang ditarik pada akhir kuartal III 2020.
”Maka, pengaruhnya pada permintaan (dan perubahan harga, Red) akan signifikan setelah empat bulan penerapan. Untuk saat ini kami menegaskan kembali pandangan kami bahwa harga akan perlahan naik menjelang akhir tahun,’’ tuturnya kemarin.